Bisnis.com, SEMARANG – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat nilai impor Jawa Tengah mencapai angka US$719,64 juta.
BPS dalam rilis Senin (2/11/2020) mengumumkan nilai Cost, Insurance, Freight (CIF) komoditas gula dan kembang pada Januari-September 2020 mencapai angka US$174,74 juta. Sementara pada periode yang sama di tahun 2019 lalu, nilai CIF komoditas ini hanya US$75,92 juta. Artinya, dari 10 golongan barang utama, sepanjang Januari – September 2020 komoditas gula mengalami lonjakan nilai CIF hingga 130,95 persen.
Komoditas dengan kode impor HS-17 ini dikategorikan sebagai bahan baku penolong sekaligus konsumsi. Komoditas ini mencakup pada bahan produksi sekaligus gula pasir yang dikonsumsi langsung.
Menurut BPS, selama September 2020 lalu, 97 persen komoditas gula dan kembang gula yang masuk ke Jawa Tengah merupakan bahan baku penolong bagi sektor industri.
Meskipun mengalami kenaikan hingga dua kali lipat, komoditas gula dan kembang gula tidak banyak menyumbang nilai impor. BPS mencatat bahwa komoditas ini hanya menyumbang 3,59 persen dari keseluruhan nilai impor di Jateng pada Januari – September 2020.
Mesin dan pesawat mekanik menjadi penyumbang nilai impor terbesar, dengan persentase hingga 17,50 persen. Walaupun pada periode ini nilai CIF pada komoditas ini mengalami penurunan hingga 54,43 persen (yoy) dengan nilai CIF US$854,78 juta.
Baca Juga
Impor bahan baku dan barang modal sendiri menyumbang 91,37 persen dari total impor di Jawa Tengah selama September 2020. Sebagian besar barang impor yang masuk merupakan bahan baku dan penolong produksi dengan persentase sebesar 81,15 persen.
Sementara itu, barang modal yang masuk ke Jawa Tengah mencapai 11,34 persen dari total impor. BPS juga melaporkan bahwa produk konsumsi di Jawa Tengah hanya mencatat 7,51 persen dari total keseluruhan nilai impor.