Bisnis.com, BOYOLALI – Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Boyolali mengklaim bahwa bencana banjir yang terjadi di wilayah tersebut tidak berdampak signifikan terhadap volume panen. Ketersediaan komoditas pangan di Boyolali diklaim masih cukup.
“Ada beberapa lokasi atau wilayah yang kalau hujannya deras juga terendam. Kalau angin kencang tanaman roboh. Kalau ada embun jelaga sayurannya kena. Jadi untuk di Kabupaten Boyolali memang ada dampaknya tetapi tidak terlalu signifikan,” jelas Kepala Dispertan Kabupaten Boyolali, Bambang Jiyanto, Jumat (19/2/2021).
Dalam keterangan tertulisnya, Bambang menjelaskan bahwa ada banjir di Boyolali hanya mempengaruhi kapasitas produksi di dua wilayah, yaitu Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Karanggede. Banjir menggenangi 50 hektare sawah di Kecamatan Kemusu. Selain itu, 150 hektare tanaman jagung juga ikut terendam. Di Kecamatan Karanggede, Dispertan mencatat ada 5 hektare lahan pertanian yang tergenang banjir.
Dispertan Kabupaten Boyolali telah mendata lahan pertanian yang terdampak banjir. Selain itu, permintaan bantuan benih juga telah diajukan ke tingkat provinsi bagi petani yang terdampak.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah menjelaskan bahwa petani yang terdampak bencana banjir dapat melaporkan dan mengajukan bantuan. Selain bantuan dalam bentuk klaim Asuransi Utaha Tani Padi (AUTP), Distanbun Provinsi Jawa Tengah juga telah menyiapkan bantuan berupa bibit dan traktor untuk meringankan operasional petani.
“Di samping mempercepat proses tanam, juga meringankan biaya sewa [yang mesti dikeluarkan petani]. Sing penting (yang penting) kelompok itu punya tenaga operatornya, solar dan bensinya,” jelas Suryo Banendro, Kepala Distanbun Provinsi Jawa Tengah, kepada Bisnis.
Distanbun Provinsi Jawa Tengah mencatat bahwa bantuan benih telah diberikan ke 2 Kabupaten. “Nah, sing puso-puso kemarin itu seperti di Demak dan Kudus. Itu sudah kita eksekusi bantuan bibit. Kabupaten lain yang mengajukan puso ada 9 [kabupaten], 2 kabupaten sudah kita eksekusi,” jelas Suryo.
Meskipun terkena bencana banjir di awal tahun ini, Suryo optimis bahwa hasil panen pada triwulan pertama tahun 2021 akan lebih baik ketimbang tahun sebelumnya. Menurutnya, iklim di Jawa Tengah pada musim tanam di bulan Oktober – November tahun lalu sangat mendukung pertumbuhan padi.
“Karena apa, dari iklim. 2019 itu di akhir awal musim pertama itu [seharusnya sudah] hujan. Tetapi hujannya malah mundur, petani padi jadi beralih ke komoditas lain,” jelasnya.