Bisnis.com, KLATEN - Dukuh Pandanan, Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom, Klaten memiliki banyak bangunan hingga tradisi peninggalan leluhur mereka yang syarat makna dan hingga kini masih dirawat serta dilestarikan. Salah satunya adalah Menara Baskoro.
Menara Baskoro merupakan bangunan berbentuk silinder setinggi 11 meter itu kian mengecil dari dasar hingga ujung. Anak tangga mengelilingi dinding luar menara.
Salah satu tokoh masyarakat Pandanan, Sri Nugroho, mengatakan menara itu menjadi simbol kedekatan leluhur warga bernama Ki Karsorejo dengan Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Pakubuwono (PB) X. Nugroho. Pendirian tugu itu bermula ketika PB X mendatangi Ki Karsorejo.
Saat datang, PB X kerap melaksanakan Salat Istikharah, salat sunah yang dikerjakan untuk meminta petunjuk Allah. "Tempat yang biasa digunakan PB X untuk Salat Istikharah itu lantas dibangun menara," kata Nugroho saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (26/3/2021).
Tak diketahui pasti kapan bangunan itu didirikan. Namun, seiring perkembangannya sejumlah warga merobohkan menara pada era kolonial. "Karena warga takut bangunan tersebut diketahui orang-orang Belanda hingga khawatir menyerang kampung, akhirnya dirobohkan," jelas dia.
Kondisi bangunan kian memprihatinkan hingga pada 1965 bangunan itu hanya menyisakan pondasi. Baru pada 2017, warga mulai membangun kembali menara tersebut. Pembangunan menara dilakukan secara swadaya selama tiga tahun.
Baca Juga
Menara Baskoro itu akhirnya rampung dibangun dan diresmikan pada 2020. Tak sekadar menjadi simbol sejarah. Alasan warga membangun ulang Menara Baskoro lantaran bangunan itu syarat makna. Nama Baskoro disematkan pada bangunan itu yang berarti cahaya matahari.
"Karena menjadi tempat Salat Istikharah, minta penerangan makanya dinamakan Baskoro," ungkap dia.
Tak hanya itu, tangga yang melingkari bangunan terdiri dari lima pancar. Seperti pada bagian tangga. “Jumlahnya ada lima pancar yang bisa diartikan jumlah rukun Islam,” kata dia.
Lantaran hal itu, menara itu menjadi simbol pengingat bagi manusia untuk selalu meminta petunjuk kepada Sang Maha Pencipta. Bangunan berbentuk unik itu lambat laun menarik minat wisatawan berdatangan. Warga setempat terus menata kawasan tersebut dan melestarikan bangunan peninggalan agar menjadi objek wisata religi sekaligus sejarah.