Bisnis.com, YOGYAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (BTN) berkomitmen mendukung visi pemerintah Indonesia untuk mewujudkan semua masyarakat memiliki rumah. Hal ini diwujudkan dalam penyaluran bantuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang sudah berlangsung selama 45 tahun. Bagaimana pun bisnis properti di Indonesia peluangnya sangat besar.
Direktur Utama Bank BTN, Haru Koesmahargyo, mengatakan BTN penyaluran kredit (perumahan) pada triwulan I tahun 2021 tumbuh positif jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2020. Sedangkan jika ditilik secara year on year (yoy) pertumbuhan kredit di angka 3,12 persen.
“BTN memiliki program kredit pemilikan rumah [KPR] dengan 70 persen ada di perumahan MBR [masyarakat berpenghasilan rendah]. Setiap tahun pemerintah membantu masyarakat yang belum mempunyai rumah dengan subsidi. Ini mulai dari program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan [FLPP], selisih suku bunga, dan bantuan pembiayaan perumahan berbasis tabungan [BP2BT]. Semuanya untuk memudahkan masyarakat Indonesia yang belum memiliki rumah,” ujar dia dalam talkshow bertajuk Sinergi Bank BTN dan Investor dalam Komitmen Penjualan Aset pada event BTN Asset Sales Festival di Hotel Royal Ambarruko, Jumat (18/6/2021).
Baca Juga
Haru menyebut setidaknya BTN telah menyalurkan perumahan sebanyak 4,7 juta unit sejak 1976. Dengan rincian, setiap tahunnya BTN menyalurkan KPR subsidi sebanyak 150.000 unit - 200.000 unit.
Di sisi lain, potensi sektor perumahan masih sangat besar. Maka dari itu, ini merupakan investasi yang sangat prospektif bagi para investor. Jika dilihat mortgage (hipotek) (3 persen) terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya. Artinya, ruang untuk tumbuh masih besar daripada Malaysia 38 persen dan Singapura 44,8 persen.
Selain itu, backlog atau selisih antara kebutuhan dan persediaan perumahan masih tinggi. Sedangkan keluarga yang menghuni rumah tidak layak huni (pemukiman) masih tinggi. Angka backlog rumah tidak layak huni, yakni 11,4 juta backing berdasarkan kepemilikan, 7,6 juta backing berdasarkan keterhunian, dan 61,7 persen keluarga menghuni rumah tidak layak. Padahal setiap tahun pertambahan masyarakat yang masuk middle class karena usia dan pendapatan sangat banyak, yakni 400.000 orang per tahun.
“Tugas BTN ke depan makin menantang menyediakan rumah. Sebagai bank perumahan dan demi mendukung pencapaian visi Indonesia semua masyarakat punya rumah. It is not just a house, but a home,” tutur dia.