Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Solo Krisis Peti Mati Gara-Gara Pasien Covid-19 Meninggal Meningkat

Penjual peti bahkan menolak pesanan lantaran tidak memiliki stok. Dalam sehari, dia pernah menerima permintaan 10 peti mati.
Petugas memakamkan jenazah Covid-19, di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Petugas administrasi TPU Pondok Ranggon mengatakan saat ini jumlah makam yang tersedia untuk jenazah dengan protokol Covid-19 tersisa 1.069 lubang makam dan diperkirakan akan habis pada Oktober apabila kasus kematian akibat Covid-19 terus meningkat./Antara
Petugas memakamkan jenazah Covid-19, di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Petugas administrasi TPU Pondok Ranggon mengatakan saat ini jumlah makam yang tersedia untuk jenazah dengan protokol Covid-19 tersisa 1.069 lubang makam dan diperkirakan akan habis pada Oktober apabila kasus kematian akibat Covid-19 terus meningkat./Antara

Bisnis.com, SOLO - Melonjaknya angka kematian akibat Covid-19 di Kota Solo selama sebulan terakhir mengakibatkan jumlah permintaan peti jenazah meningkat, hingga membuat pasokan bahan baku menipis.

Penjual peti bahkan menolak pesanan lantaran tidak memiliki stok.

Pemilik Pusat Toko Peti Mati Bangoen Indah, di Jl. Kol. Sugiyono, Bambang, mengatakan permintaan meningkat sejak Juni. Sebelum itu, pihaknya selalu memiliki stok karena produksi dilakukan rutin.

“Bahan bakunya enggak ada, tidak terkejar antara produksi dan permintaan. Baru kali pertama seperti ini. Sebelumnya pasti ada stok, produksi untuk stok. Ini sampai habis-habis,” kata dia, dihubungi Solopos.com, Rabu (14/7/2021).

Warga Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, itu mengatakan permintaan akhir-akhir ini tak hanya dari Soloraya, tapi hingga Semarang. Bahkan, rumah sakit (RS) juga mulai menanyakan stok.

“Sebelum PPKM Darurat sudah habis stoknya, sudah menolak. Harga tergantung bahan. Peti yang habis yang biasa itu, tersisa yang ukiran atau dari bahan jati. Itupun stoknya juga menipis. Karena memang ada yang memang ingin banget untuk keluarganya menggunakan peti, jadi akhirnya pakai yang ukir,” jelasnya.

Dalam sehari, dia pernah menerima permintaan 10 peti mati. Jumlah itu, belum termasuk yang ditolak. Bahan baku biasanya berasal dari Wonogiri, Klaten, dan sekitarnya. Suplier juga mengakui bahan berkurang.

Pemilik Toko Peti Maju Jaya, Endang, menyebut kelangkaan itu terjadi sebulan terakhir. Stok yang kosong membuat pihaknya terbatas melayani pelanggan, salah satunya RS.

“Langganan itupun sempat tidak kami sanggupi karena barangnya yang enggak ada. Biasanya kami mengirim sampai luar kota. Bahan kosong dari sananya. Pekerja sampai setop produksi. Pelayanan kami lakukan 24 jam, karena kami buka 24 jam,” ucap warga Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon itu

Dia mengaku sempat menerima permintaan dari Satgas Covid-19 luar daerah, namun terpaksa ditolak.

“Ini mulai produksi lagi, tapi sudah dipesan. Kami terus berusaha mengadakan bahan baku. Kalau dibandingkan pekan lalu, sudah agak mendingan. Tadi sudah ada yang mengirim kayunya. Mungkin sepekan ini berangsur-angsur dapat bahannya,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Sumber : Solopos.com

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper