Bisnis.com, BOYOLALI — Kalangan peternak di Boyolali, Jawa Tengah, mengeluh mengalami kerugian karena harga telur ayam ras turun. Sebab, saat ini harga pakan ayam naik, sehingga harga telur sudah berada di bawah harga pokok produksi (HPP).
Berdasarkan informasi yang diunggah di Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (Sihati) Jawa Tengah, pada 2021 ini harga telur ayam ras di pasaran di Kabupaten Boyolali mengalami fluktuasi.
Harga tertinggi adalah Rp25.500/kg yang terjadi pada 14-16 April 2021. Namun pada 30 April, harga anjlok menjadi Rp19.000/kg yang menjadi harga terendah di tahun ini sesuai data tersebut. Pada 7 Juni 2021, harga telur di Boyolali sempat naik lagi mencapai Rp24.000/kg. Kemudian pada 6 Juli 2021 turun ke Rp22.000/kg.
Pada 9 Agustus 2021 naik lagi ke harga Rp24.000/kg namun di awal September turun di harga Rp20.000/kg. Di 7 September harga telur berada di Rp21.000/kg. Menurut warga, terakhir harga telur mengalami penurunan sepekan lalu.
“Harga telur saat ini turun. Sekarang Rp19.000/kg. Sudah sejak sepekan lalu. Kalau sebelumnya sempat di harga Rp22.000/kg,” kata warga Pulisen, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali, Waryani, Rabu (8/9/2021).
Untuk kalangan konsumen, turunnya harga telur tentu menjadi kabar menarik. Sebaliknya bagi peternak, harga telur ayam saat ini dinilai sangat memberatkan. Sebab harga ayam yang turun, tidak diimbangi dengan harga pakan yang justru naik.
Baca Juga
Salah satu peternak ayam petelur di Teras, Kabupaten Boyolali, Krishandrika Immanuel Raharjo, mengatakan harga pakan ayam saat ini sekitar Rp7.000/kg.
“Naik dari harga sebelumnya yang hanya sekitar Rp4.000 sekian. Sedangkan harga telur terendah saat ini mencapai Rp14.000/kg. Normalnya, kalau kami bisa nol-nol istilahnya, ya di angka Rp21.000-Rp22.000/kg. Jadi dengan harga sekarang, posisi hari ini [Selasa (7/9/2021)] Rp15.000/kg [ harga telur di tingkat peternak], kami per kilogram sudah minus. Sangat tidak menutup biaya operasional,” kata dia, Selasa.
Dia menjelaskan untuk perbandingan ideal harga pakan dan harga telur adalah 1:3. Kalau harga pakan Rp7.000/kg, maka harga telur idealnya Rp21.000/kg.
Ketimpangan antara HPP dan harga telur tersebut sudah terjadi sejak pemberlakuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Ini terjadi sejak PPKM berlangsung. Semakin [PPKM] disambung, kami semakin berat sebab untuk menyikapinya kurang terstruktur. Sebab diperpanjang-diperpanjang, periodesasinya [PPKM] sampai kapan kami kan tidak tahu,” kata dia.
Menurutnya ketimpangan harga telur dan HPP tersebut sangat memberatkan peternak. Dia pun berharap pemerintah bisa membantu para peternak agar dapat menjalankan usaha dengan lancar.
“Tidak tahu bagaimana caranya, yang penting bahan baku pakan kami turun harga, sehingga minimal kalau terjadi penurunan harga telur, kami masih bisa mengikuti,” kata dia.
Dia menyebutkan komponen utama pakan adalah jagung, yakni sekitar 50 persen-60 persen. Sementara harga jagung naik dari angka sekitar Rp4.000 menjadi sekitar Rp7.000. Di sisi lain, komponen pakan memiliki peran 70 persen dalam penghitungan HPP.
“Kalau pakan naik maka biaya kami juga akan naik,” jelas dia.