Bisnis.com, SEMARANG — Bank Indonesia mengingatkan perlunya mengantisipasi risiko kenaikan inflasi ketika pandemi Covid-19 sudah reda.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah M Firdaus Muttaqin mengatakan bahwa dalam kondisi pandemi, tingkat inflasi baik nasional maupun di daerah relatif rendah karena tingkat konsumsi masyarakat melemah.
Akan tetapi, ketika pandemi reda dan aktivitas ekonomi kembali berjalan normal, ada risiko peningkatan inflasi yang jika tidak diantisipasi bisa berdampak buruk terhadap perekonomian.
“Pandemi terjadi bukan hanya di Indonesia tapi juga seluruh dunia. Kita seperti sedang di-restart, dan bersiap menghadapi kondisi normal. Kalau ekonomi naik, dampaknya inflasi bisa naik. Itu dikhawatirkan. Perlu sinergi pemerintah pusat dan daerah, juga antardaerah, TPID [Tim Pengendali Inflasi Daerah] perlu antisipasi dari mana sumbernya,” ujarnya dalam acara sharing session Jateng Digital Festival, Kamis (9/9/2021).
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Juli 2021 Jateng mengalami inflasi sebesar 0,06 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebeesar 106,11. Tingkat inflasi tahun kalender Juli 2021 sebesar 0,57 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun pada periode yang sama adalah sebesar 1,40 persen.
Menurut Muttaqin, tingkat inflasi dapat dijaga stabil apabila sinergi antar pemangku kepentingan baik pusat maupun daerah berjalan dengan lancar. Komunikasi dan sinergi selama ini telah terjalin dalam forum TPID.
Strategi mengendalikan inflasi juga dapat dibantu dengan digitalisasi yang didorong oleh Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) yang kini telah terbentuk di seluruh wilayah Jawa Tengah.
“Produksi pangan dan distribusi bisa berjalan dengan baik. Digitalisasi kita bisa memperlancar proses distribusi,” tambahnya.
Di sisi lain, BI juga telah melakukan langkah riil di lapangan untuk mengantisipasi kenaikan inflasi yang disebabkan oleh bahan pangan. Di beberapa daerah, BI telah mengembangkan sejumlah kluster seperti kluster bawang putih, bawang merah, cabai, dan beras, yang diharapkan mampu membantu mewujudkan stabilitas harga.
Dalam kersempatan yang sama, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Pribadi Santoso mengatakan bahwa untuk mengoptimalkan peran digitalisasi dalam mendorong pemulihan ekonomi di daerah, sinergi berbagai pihak sangat penting.
Menurut Pribadi, penerapan digitalisasi mendukung optimalisasi produksi, kelancaran perdagangan antardaerah, dan pemasaran berbagai komoditas secara lebih efisien.
Perluasan digitalisasi yang dimotori oleh TP2DD, disertai stabilisasi harga yang digawangi oleh TPID, akan menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih efisien serta mendorong pemulihan ekonomi dan meningkatkan perekonomian Jawa Tengah.