Bisnis.com, SALATIGA - Salatiga kini memiliki Kampung Singkong, tepatnya di Kampung Argowiyoto. Status tersebut diberikan langsung oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, pada Kamis (30/9/2021).
“Wilayah ini dikukuhkan menjadi Kampung Singkong agar bisa menjadi daya ungkit perekonomian, karena mampu mengembangkan potensi yang ada di daerah tersebut. Sehingga kesejahteraan masyarakat bisa meningkat,” jelas Wali Kota Salatiga, Yulianto, seperti dikutip dari laman jatengprov.go.id.
Yulianto juga merasa bangga. Pasalnya, pengusaha kuliner Salatiga telah banyak berinovasi mengembangkan produk olahan singkong. Bahkan, ada pula yang telah berhasil menembus pasar luar daerah.
“Saya bangga sudah ada olahan singkong dari Salatiga yang sudah bisa menembus baik hotel, restoran, kafe, maupun di kota besar. Ini adalah bentuk inovasi yang dipelopori oleh Singkong D9. D9 juga membagi pengalaman ke warga sekitar sehingga menjadi daya ungkit dalam mengembangkan potensi singkong di Salatiga,” jelas Yulianto.
Yulianto mengungkapkan bahwa di Salatiga sendiri, sentra pengolahan singkong di wilayah tersebut tersebar di beberapa wilayah. Misalnya saja di Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo dengan produksi 20 kilogram olahan singkong per harinya.
Ada pula Kelurahan Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir dengan 100 kilogram per hari. Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo dengan 100 kilogram per hari. Juga Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, dengan jumlah olahan singkong terbanyak sebesar 8 ton per hari.
“Produksi singkong yang sangat tinggi di Kelurahan Ledok tersebut dioptimalkan oleh 32 UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Dimana melalui UMKM yang terbesar yakni D9 telah menyerap tenaga kerja sebanyak 110 orang dengan kebutuhan singkong 6 ton per harinya. Olahan singkong yang dihasilkan pun sudah sampai 23 varian olahan. Sementara, untuk inovasi varian singkong dari Salatiga sudah mencapai 150 varian olahan,” jelas Yulianto.
Heri Soba, Sekretaris Jenderal Masyarakat Singkong Indonesia, berharap agar Kampung Singkong di Argowiyoto tersebut dapat menjadi percontohan bagi pengembangan olahan singkong di daerah lainnya. “Kita tidak harus bergantung pada nasi, karena olahan singkong itu sehat, makanan alternatif dan dari dulu Indonesia dekat dengan singkong,” jelasnya.