Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor Utama Deflasi di Jateng, Ini Komoditas Pemicunya

Terjadinya deflasi disebabkan oleh pasokan produksi pertanian domestik yang masih terjaga.
Ilustrasi./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, SEMARANG - Provinsi Jawa Tengah pada September 2021 mencatatkan deflasi sebesar -0,10 persen (mtm), lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar -0,01 persen (mtm).

Realisasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan deflasi nasional yang sebesar -0,04 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, inflasi Jawa Tengah secara tahunan mencapai 1,28 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 1,60 persen (yoy).

"Berdasarkan kelompok pengeluaran, berlanjutnya deflasi Jawa Tengah pada September 2021 terutama disebabkan oleh Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Pribadi Santoso melalui siaran persnya, Selasa (12/10/2021).

Menurutnya, secara umum, terjadinya deflasi disebabkan oleh pasokan produksi pertanian domestik yang masih terjaga. Deflasi tersebut juga didukung oleh perkiraan tersedianya pasokan aneka cabai dan bawang merah dari berbagai sentra produksi di Jawa Tengah hingga Oktober 2021.

Lebih lanjut, tingginya pasokan telur ayam ras yang melebihi permintaan juga menyebabkan terjadinya deflasi komoditas ini. Sebaliknya, komoditas beras mulai mengalami peningkatan harga seiring dengan berakhirnya masa panen pada Agustus 2021.

Sementara itu, lanjutnya, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama dengan Perum BULOG akan terus melanjutkan program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) dengan memperhatikan perkembangan harga gabah kering giling dan harga kering panen.

"Hal ini didukung oleh Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di Provinsi Jawa Tengah yang masih cukup tinggi, mencapai 96.500 ton pada September 2021. Penahan deflasi Jawa Tengah yang lebih dalam adalah inflasi Kelompok Transportasi, khususnya pada komoditas jasa angkutan udara dan tarif kereta api yang berlangsung di Kota Semarang dan Surakarta," jelasnya.

Dia menjelaskan, pemerintah akan terus menjaga stabilitas inflasi melalui kebijakan subsidi energi nasional. Indeks harga Bahan Bakar Minyak Umum Bersubsidi masih stabil, sementara Bahan Bakar Minyak Umum non Bersubsidi telah mengalami peningkatan, sejalan dengan tren harga minyak dunia.

"Subsidi tarif listrik rumah tangga daya 450-900 VA yang berlangsung sejak awal pandemi Covid-19 di tahun 2020, masih terus dilanjutkan untuk periode Juli-Desember 2021. Komitmen Pemerintah juga tercermin pada penundaan reformasi subsidi bahan bakar LPG 3 Kg serta menjamin kelancaran distribusinya di sisi hilir," ujarnya

Selain itu, untuk menjaga inflasi tetap rendah dan terkendali, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah akan terus melakukan 4 (empat) kunci pengendalian inflasi yaitu menjaga ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, memastikan kelancaran distribusi, serta memperkuat komunikasi yang efektif untuk menjaga ekspektasi inflasi masyarakat, khususnya pada periode hari raya keagamaan.

"Upaya tersebut diharapkan dapat menjaga inflasi Jawa Tengah pada tahun 2021 tetap berada pada kisaran sasaran inflasi 3,0%±1 persen," katanya. (k28)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Alif Nazzala R.
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper