Bisnis.com, MAGELANG - Gelaran Moro Borobudur kembali digelar pada tahun ini. Untuk kedua kalinya, agenda pertunjukan kesenian modern dan kontemporer tersebut digelar secara hybrid.
"Ini adalah gelaran Moro Borobudur yang kedua, sebelumnya sudah pernah kami lakukan pada tahun 2020. Memang dari awal konsepnya sudah hybrid, karena lahir dari kondisi pandemi Covid-19," jelas Kirno Prasojo, Ketua Forum Rembug Klaster Pariwisata (FRKP) Borobudur sekaligus Ketua Panitia Moro Borobudur, Sabtu (30/10/2021) malam.
Kirno mengungkapkan bahwa acara tersebut diselenggarakan sebagai wujud optimisme pelaku wisata di Kawasan Borobudur. "Tujuan kita seperti itu. Jadi meskipun pandemi, event pariwisata tidak tenggelam, tetap ada dan tetap bisa hidup dengan konsep hybrid," jelasnya saat diwawancarai Bisnis.
Selain menampilkan aneka pertunjukan tarian dan musik tradisional serta kontemporer, Moro Borobudur juga memamerkan produk-produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang diproduksi di sekitar Kawasan Borobudur.
"Harapannya, dengan acara ini kita bisa menghidupkan kelompok kesenian supaya terus bertahan. Penyewaan sound system juga bisa tetap jalan. Event ini juga kita jadikan agenda rutin tahunan, di tahun 2022 akan kita selenggarakan lagi," jelas Kirno.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah, Sinoeng Noegroho Rachmadi, menjelaskan bahwa model pertunjukan hybrid seperti pada acara Moro Borobudur merupakan gaya hidup baru yang mesti dipromosikan.
Baca Juga
"Hybrid adalah new lifestyle, ini manifestasi dari New Normal. Kalau Anda ingin menyelenggarakan event, perhelatan, hiburan, ini jadi sebuah pilihan. Dengan menggabungkan acara offline dan online, exposure yang didapat juga jadi lebih besar," jelas Sinoeng.
Secara khusus, Sinoeng menjelaskan bahwa ada model pertunjukan hybrid memiliki sejumlah keuntungan. Terlebih di masa pandemi Covid-19. Pertunjukan hybrid bisa menjadi jalan tengah bagi pelaku usaha yang ingin menggelar acara hiburan atau pariwisata tetapi tetap aman dan sesuai dengan protokol kesehatan.
Salah satu keuntungan pertunjukan hybrid adalah lokasinya yang sangat fleksibel. Sinoeng menjelaskan bahwa menggelar pertunjukan di ruangan terbuka atau open space akan sangat memudahkan penyelenggara acara dalam mengawasi jumlah penonton yang hadir.
"Sehingga, jikalau ada hal-hal yang tidak kita inginkan, menghentikannya cepat. Membatasinya [jumlah penonton] bisa lebih terkontrol," ungkapnya.