Bisnis.com, SEMARANG – Dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Diponegoro (Undip), Wahyu Widodo, menilai pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada kuartal III/2021 sudah cukup menggembirakan.
“Menurut saya baik, karena [perkiraan pada] kuartal III/2021 kemarin [kinerja perekonomian] agak mengkhawatirkan karena Covid-19 naik. Kalau tumbuh 2,56 persen (yoy) ya masih baik,” kata Wahyu, Jumat (5/11/2021).
Wahyu mengatakan kinerja tersebut sudah cukup mendukung pemulihan ekonomi di Jawa Tengah pada tahun depan. Meskipun apabila dilihat secara q-to-q pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada kuartal III/2021 hanya mencapai angka 1,66 persen.
“Itu ya realistis. Karena [penyebaran Covid-19] gelombang ketiganya kemarin luar biasa. Ini menjadi bantalan yang baik untuk Kuartal IV/2021, kalau [kasus penyebaran] Covid-19 itu bisa dijaga di kuartal IV/2021, saya kira itu awal yang baik untuk recovery di tahun 2022,” ujarnya kepada Bisnis.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, pada Kuartal III/2021 nilai ekonomi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) masing-masing berada di angka Rp359,52 triliun dan Rp251,24 triliun. Secara kumulatif, angka tersebut tersebut menunjukkan kenaikan Rp4,1 triliun dibandingkan Kuartal II/2021.
BPS Provinsi Jawa Tengah melaporkan bahwa sektor usaha konstruksi menjadi sumber pertumbuhan tertinggi perekonomian Jawa Tengah pada kuartal III/2021. Dilaporkan, sektor konstruksi menyumbang angka 1,25 persen bagi pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah secara q-to-q.
Baca Juga
Meskipun demikian, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada industri pengolahan dilaporkan mengalami kontraksi 1,26 persen (q-to-q). Padahal, pada kuartal II/2021, BPS Provinsi Jawa Tengah melaporkan pertumbuhan PDRB pada sektor usaha tersebut di angka 2,47 persen.
Secara year-on-year, pertumbuhan PDRB sektor industri Jawa Tengah pada kuartal III/2021 berada di angka 2,62 persen. Wahyu menyebut bahwa kondisi tersebut mencerminkan proses pemulihan sektor industri yang hingga saat ini masih berlangsung.
“Itu masih proses [pemulihan], kalau [pertumbuhan] 2 persen [secara year-on-year] itu masih terlalu rendah. Karena angka di tahun-tahun sebelumnya bisa 4-5 persen. Itupun selama ini stagnan di angka segitu,” jelas Wahyu.
Wahyu mengungkapkan bahwa diperlukan inovasi dan gebrakan baru untuk mendorong pertumbuhan sektor manufaktur di Jawa Tengah. “Makanya, kalau kawasan industri yang prospektif ini bisa dengan cepat diselesaikan, itu akan jadi peluang yang besar bagi industri Jawa Tengah untuk naik. Kalau tidak ya gak mungkin ada pertumbuhan yang signifikan,” ucapnya.