Bisnis.com, SEMARANG – Jawa Tengah memiliki ketergantungan impor guna memenuhi sejumlah kebutuhan pokok pangan, sehingga bisa menimbulkan dampak negatif bila tidak dikelola dengan baik.
Sumanto Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah, mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam melakukan impor. Kondisi tersebut harus segera diperbaiki. Dikhawatirkan, ketergantungan Jawa Tengah pada impor bakal mengancam kedaulatan pangan di wilayah tersebut.
“Risikonya jelas ada. Kalau kita tidak segera berbenah nanti ketergantungan pangan akan impor semakin besar. Negara-negara lain juga mempertahankan ketersediaan pangan untuk warganya sendiri. Maka pemerintah juga harus dapat menguasai sektor pangan,” jelas Sumanto kepada Bisnis, Rabu (23/3/2022).
Sumanto juga menjelaskan bahwa upaya membangun kedaulatan pangan memerlukan dukungan dari banyak pihak. Secara khusus, akademisi diharapkan bisa memberikan lebih banyak kontribusi bagi upaya tersebut.
Di sisi lain, pemerintah juga bisa mendukung upaya tersebut melalui pendanaan riset sehingga mampu menjadi katalis lahirnya teknologi baru pada sektor pertanian. “Perlu juga digaris bawahi bahwa menguatnya kekuatan pangan harus sebanding dengan menguatnya para pelaku utama pangan,” jelas Sumanto.
Sebelumnya, Peni Rahayu, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah menyebut dari 12 komoditas pokok ada tiga komoditas yang sampai saat ini masih mengandalkan pasokan luar negeri. Ketiga komoditas tersebut adalah bawang putih, kedelai, serta gula pasir.
Baca Juga
“Bawang putih memang betul-betul kami tidak punya. Kebetulan komoditas ini tidak banyak ditanam petani di Jawa Tengah karena kondisi lahannya tidak banyak, sehingga tetap harus impor,” jelas Peni, Selasa (23/3/2022).
Kebutuhan kedelai di Jawa Tengah sendiri baru terpenuhi sekitar 30 persen. Menurut Peni, meskipun harga komoditas tersebut tengah mengalami lonjakan di pasar mancanegara, namun stok impor yang masih memadai telah cukup membantu menjaga stabilitas serta ketersediaan di pasaran.
“Gula pasir ini juga di Jawa Tengah stabil, walaupun itu memang dibutuhkan dengan impor karena Bulog juga masih men-supply itu,” jelas Peni.