Bisnis.com, SEMARANG – Beberapa hari ke depan awan hujan masih bakal menggantung di langit DI Yogyakarta. Pasalnya, meskipun telah memasuki musim kemarau, namun fenomena La Nina ikut memengaruhi iklim di DI Yogyakarta. Imbasnya, curah hujan beberapa waktu ke depan diperkirakan masih akan cukup tinggi.
Fenomena La Nina sendiri merupakan kondisi di mana suhu permukaan di Samudera Pasifik mengalami penurunan. Sementara itu, di Indonesia, suhunya relatif mengalami kenaikan.
“Kondisi demikian akan menyebabkan bertiupnya angin dari timur ke Indonesia yang membawa angin yang hangat dan lembab, ini menyebabkan pertumbuhan awan hujan di Yogyakarta,” jelas Sigit Hadi Prakosa, Prakirawan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika [BMKG] Stasiun Iklim [Staklim] Yogyakarta, Jumat (3/6/2022).
Baca Juga
Sigit menyebut, fenomena tersebut memberikan pengaruh yang signifikan bagi kondisi iklim di Yogyakarta, “Kita prediksikan untuk La Nina ini akan berlanjut sampai September. Dengan kategori yang menurun jadi lemah. Tentunya di bulan Juni, Juli, Agustus, dan September ini ada potensi penambahan uap air dan curah hujan di Yogyakarta.”
Semenatara hingga pengujung Mei 2022 kemarin, BMKG Staklim Yogyakarta mencatat curah hujan masih berada di atas 50 mm. Diperkirakan, curah hujan hingga tiga bulan ke depan bakal mencapai 21-150 mm.
Hendy Andiyanto, Prakirawan Cuaca BMKG Yogyakarta International Airport, menyebut cuaca di DI Yogyakarta untuk beberapa hari ke depan bakal cenderung berawan. Penyebabnya adalah kondisi udara di selatan Jawa yang sedang bertekanan rendah.
“Tekanan rendah tersebut mengakibatkan massa uap air itu terkumpul di sekitar wilayah Pulau Jawa. Jadi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Jawa masih cukup besar,” jelas Hendy.
Diprediksikan, hujan bakal membasahi DI Yogyakarta pada 5-6 Juni mendatang. Hendy memperkirakan curah hujan bakal turun dengan intensitas sedang hingga lebat.
“Prediksi pertama itu jelas di Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kulonprogo bagian utara yang dilewati Pegunungan Menoreh. Itu juga cukup harus waspada terhadap curah hujan yang terjadi pada 5-6 Juni,” jelas Hendy.
Lepas dari itu, musim kemarau basah di DI Yogyakarta bukan yang pertama kali terjadi. Tak hanya di tahun 2022, pada tahun 2009 lalu kondisi serupa juga terjadi. Meningkatnya curah hujan berimbas pada produktivitas sektor pertanian. Dilaporkan sejumlah komoditas mengalami gagal panen, seperti tembakau, cabai, serta buah-buahan seperti melon dan semangka akibat curah hujan yang tinggi.