Bisnis.com, SEMARANG – Perkembangan kasus Covid-19 di Tanah Air memaksa pemerintah untuk kembali mengambil rem. Pada 17 Juli 2022 nanti, Kementerian Perhubungan bakal menyaratkan vaksinasi booster bagi penumpang moda transportasi umum.
Persyaratan perjalanan tersebut tentunya bakal berdampak pada jumlah kunjungan wisata di daerah. Sebab, aturan tersebut bakal berlaku secara menyeluruh, baik bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara (wisman).
Joko Paromo, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sleman, DI Yogyakarta, menilai aturan tersebut masih dalam batas kewajaran. “Kalau saya secara umum mendukung saja. Yang penting jangan mempersulit, jangan mengada-ada,” ucapnya saat dihubungi Bisnis pada Rabu (13/7/2022).
Hingga saat ini, Joko mengungkapkan jumlah kunjungan wisatawan domestik ke Kabupaten Sleman masih cukup baik. Pelancong dari kota-kota besar seperti Jakarta, Solo, hingga Surabaya dilaporkan telah banyak berkunjung ke DI Yogyakarta. Rombongan wisatawan pelajar juga dilaporkan telah banyak berdatangan.
“Nanti mulai bulan Oktober rombongan wisatawan mancanegara juga sudah mulai ada, dari Singapura, Polandia, juga Thailand,” jelas joko melalui sambungan telepon.
Kenaikan kunjungan tersebut dilaporkan telah terjadi sejak Mei lalu. Indikasinya, menurut Joko, tingkat hunian kamar atau okupansi telah berada di angka 70-75 persen.
Joko juga menyebut bahwa pelaku industri perhotelan bakal siap mendukung aturan persyaratan perjalanan itu. Bahkan, hingga saat ini, anggota-anggota PHRI tetap menerapkan protokol kesehatan demi menjamin keamanan dan kenyamanan para tamu juga pekerja.
“Rata-rata juga sudah [mendapatkan sertifikat] CHSE. Secara kasat mata yang utama memang protokol kesehatan. Tetapi seperti DBD dulu juga heboh, sekarang ya masih ada tapi perhatiannya kurang. Intinya, kalau saya, semisal [Covid-19] sudah normal ya disampaikan saja,” jelas Joko.
Pada perkembangan lainnya, Joko mengungkapkan bahwa momen Iduladha kemarin tingkat okupansi hotel di Sleman dilaporkan mengalami penurunan signifikan. Diduga, penurunan disebabkan oleh kecenderungan masyarakat untuk berkegiatan di rumah, seperti menyembelih kurban.
“MICE-nya juga sekarang sudah ada. Tetapi belum terlalu signifikan. Ramainya habis Lebaran [Idulfitri] kemarin, Juni-Juli ini sudah agak menurun,” jelas Joko.