Bisnis.com, SEMARANG – Upaya untuk mengurangi emisi karbon dari kegiatan pembangkit listrik di Jawa Tengah bakal dimulai dari Kepulauan Karimunjawa. Beberapa waktu lalu, PLN meneken nota kesepakatan pengalihan pengelolaan kelistrikan di Pulau Parang, Genting, dan Nyamuk, Kecamatan Karimun Jawa.
Dalam nota kesepakatan tersebut, tertuang rencana PLN untuk menginvestasikan hampir Rp40 miliar bagi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di tiga pulau itu.
“Saya bersyukur atas kesepakatan ini. Hal ini akan membuka jalan bagi kemajuan dan peningkatan produktivitas masyarakat Karimunjawa. Terima kasih atas dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,” tulis Pj Bupati Jepara, Edy Supriyanta, dalam cuitannya di Twitter.
Sujarwanto Dwiatmoko, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, menyebut ke depannya seluruh wilayah di Kepulauan Karimunjawa bakal dialiri listrik dari sinar matahari. Hal tersebut menjadi salah satu upaya meningkatkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Jawa Tengah.
Langkah itu diharapkan bisa mengurangi dampak pemanasan global dan perubahan iklim. “Dalam G20 nanti, salah satu agenda pentingnya adalah transisi energi. Jika ini dilaporkan oleh Bapak Presiden, maka Jepara dengan Karimunjawa adalah pelopor untuk itu,” jelas Sujarwanto, dikutip Bisnis dari laman Pemerintah Kabupaten Jepara.
Merunut ke belakang, pulau-pulau kecil di sekitar Karimunjawa memang telah sejak lama memanfaatkan PLTS. Namun, pada 2021 lalu, Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah sempat berkunjung ke Pulau Parang dan menemukan bahwa pembangkit listrik di wilayah itu sudah tidak berfungsi. Rusaknya ratusan baterai menjadi penyebab. Masuknya PLN ke Karimunjawa tentunya membawa harapan tersendiri bagi masyarakat. Setidaknya, kedepan, pasokan listrik di tiga wilayah tersebut bisa lebih diandalkan.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sendiri memang tengah gencar mengampanyekan pemanfaatan EBT hingga ke daerah-daerah. Di Kabupaten Jepara, Ganjar menyalurkan bantuan PLTS rooftop kepada tujuh perajin ukiran di Desa Senenan, Kecamatan Tahunan.
“Ini upaya kita bagaimana mendorong energi alternatif bisa digunakan. Nah ini kita berikan bantuan kepada teman-teman para pengukir, tepatnya koperasi-koperasi yang ada di Jepara. Alhamdulillah tadi berdasarkan pengakuan kawan-kawan yang ini bisa lebih efisien, sekitar 60 persen,” jelas Ganjar saat berkunjung ke lokasi pada Mei 2022 lalu.
Dilaporkan, hingga tahun 2021 lalu, bauran EBT di Jawa Tengah telah mencapai 13,38 persen. Angka tersebut diharapkan bisa terus meningkat, sesuai dengan target bauran EBT tahun 2025 sebesar 21,32 persen yang tertuang dalam Rencana Umum Energi Daerah Provinsi (RUED-P) Jawa Tengah.
Pemanfaatan tenaga surya di Jawa Tengah merupakan buah dari inisiatif Central Java Solar Province, kerja sama antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas ESDM dengan Institute for Essential Services Reform (IESR). Selain peningkatan bauran EBT, Handriyanti Diah Puspitarini, peneliti senior IESR, menyebut ada sejumlah keuntungan yang didapat pelaku usaha dengan memanfaatkan PLTS berbasis rooftop.
“Ada tiga keuntungan yang didapat secara bersamaan dengan menggunakan PLTS atap, yaitu efisiensi energi, peningkatan reputasi melalui praktik bisnis berkelanjutan, dan penghematan biaya operasional yang berarti profit yang didapat akan lebih maksimal,” jelas Handriyanti.
Pada perkembangan lainnya, upaya peningkatan bauran EBT di Jawa Tengah juga didukung penuh oleh PT Indonesia Power, anak usaha PLN yang bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik. Ahsin Sidqi, Direktur Utama Indonesia Power, mengungkapkan bahwa pihaknya bakal mendatangkan generator hidrogen untuk mendukung operasional Power Generator Unit (PGU) Semarang.
“Kami sudah menghubungi General Electric. Ada pembangkit terbaru yang 850 MW, insyaallah beroperasi tahun ini. Kami memerlukan pasokan energi bersih yang dari hidrogen, menggantikan gas konvensional yang menghasilkan emisi karbon,” jelas Ahsin dalam acara diskusi yang digelar di Universitas Diponegoro (Undip) pada Rabu (20/7/2022) lalu.
Ahsin sendiri menjelaskan bahwa langkah tersebut sejalan dengan program karbon netral pembangkit listrik yang ditargetkan PLN bisa tercapai pada 2060 nanti. Untuk mencapai target tersebut, PLN telah memiliki peta jalan yang dimulai sejak 2021 lalu.
Dalam peta jalan Net Zero Emission PLN, tertuang bahwa pada 2025, bauran EBT nasional ditargetkan bisa mencapai 23 persen. Angka tersebut diharapkan berasal dari pemanfaatan PLTS. Pemanfaatan energi surya bakal terus digenjot, dimana pada 2030, 42 persen dari bauran EBT bakal berasal dari PLTS.
Dari peta jalan itu, terlihat jelas bahwa PLTS bakal menjadi tumpuan pemanfaatan EBT di Tanah Air. Untuk itu, Indonesia Power bakal mengembangkan komponen panel surya sendiri. Ahsin menyebut, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan beberapa pihak untuk merealisasikan target tersebut. “Yang pasti, kuncinya satu, baterai. EBT sangat tidak reliable kalau tidak disertai baterai. Matahari hanya ada siang, PLTA hanya kalau ada angin. Alam itu memang ada, tapi ada keterbatasan,” jelas Ahsin.