Bisnis.com, SEMARANG - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Jawa Tengah pada bulan Juni 2022 mengalami kenaikan 31,23 persen secara year-on-year, dimana pada bulan Juni 2022 ekspor Jawa Tengah mencapai US$1.100,99 juta sedangkan Juni 2021 nilainya di US$801,72 juta.
Secara month-to-month, kenaikan nilai ekspor pada bulan Juni bahkan mencapai 41,02 persen. Dimana pada Mei 2022 lalu, nilai ekspor Jawa Tengah berkisar di angka US$780 juta.
Melihat kinerja tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Jawa Tengah optimistis nilai ekspor Jawa Tengah masih akan tumbuh positif hingga akhir tahun ini. Terlebih dengan masih banyaknya proyek investasi yang dijalankan perusahaan-perusahaan berbasis ekspor di Jawa Tengah.
"Kita memperoleh limpahan pesanan karena lockdown-nya China dan beberapa negara lain, sehingga produsen pemegang merek mengalihkan pesanannya ke Indonesia," jelas Berry Arifsyah Harahap, Kepala Divisi Perumusan Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah KPw BI Jawa Tengah, Selasa (23/8/2022).
Berry mengungkapkan kinerja positif perdagangan ekspor di Jawa Tengah juga disebabkan oleh penurunan biaya pengiriman atau freight cost di tingkat global. Sebagai informasi, Freightos Baltic Index atau FBX menunjukkan tren penurunan freight cost sejak bulan Mei lalu, dimana biaya pengiriman dari wilayah China dan Asia menuju Amerika Serikat pada minggu ini mengalami penurunan di kisaran 3-6 persen.
"Kita mengharapkan ini juga menyebabkan produk kita semakin kompetitif di pasar negara-negara maju. Karena shipping cost tergantung juga dari jarak. Kompetitor kita mungkin mereka untung lebih tinggi daya saingnya saat shipping cost tinggi, sekarang mereka tergerus keuntungannya dari produk Indonesia," jelas Berry.
Turunnya biaya pengiriman internasional juga diharapkan bisa memberi dampak positif bagi kinerja impor Jawa Tengah. Menurut Berry, hal tersebut bakal menjadi angin segar bagi pelaku industri, pasalnya selain memudahkan ekspor, turunnya biaya pengiriman juga bisa menghemat biaya pengadaan bahan baku dari luar negeri.
Baca Juga
"Kita memang perlu menjaga produksi, terutama bahan pokok kita. Untuk tetap produksinya bagus, sehingga harga-harga itu bisa tidak terlalu liar bergeraknya," jelas Berry.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, menyebut pada kuartal II/2022 ini industri pengolahan menjadi lapangan usaha dengan kontribusi pertumbuhan ekonomi sebesar 34,13 persen (yoy) dan bertumbuh sebesar 4,06 persen (yoy). Selain manufaktur, ada 13 lapangan usaha lainnya yang mengalami pertumbuhan positif di kuartal II/2022 ini.
Namun demikian, Sumarno mengungkapkan masih ada tiga lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan negatif di kuartal II/2022 ini. "Yaitu pertambangan, konstruksi, dan administrasi pemerintahan," jelasnya. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, konsumsi pemerintah dan pembentukan modal tetap bruto masih mengalami penurunan pertumbuhan.