Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Greenpeace Ajak Pesepeda Rekam Dampak Perubahan Iklim di Pesisir Semarang

Krisis iklim dianggap sebagai ancaman serius, bukan sekedar proyeksi yang jauh ke depan.
Rombongan pesepeda Chasing The Shadow tengah mengunjungi Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, yang terdampak rob akibat kenaikan muka air laut, Minggu (30/10/2022)./Istimewa-Greenpeace Indonesia
Rombongan pesepeda Chasing The Shadow tengah mengunjungi Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, yang terdampak rob akibat kenaikan muka air laut, Minggu (30/10/2022)./Istimewa-Greenpeace Indonesia

Bisnis.com, SEMARANG — Perubahan iklim kian terlihat dampaknya di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa, tak terkecuali di Ibu Kota Jawa Tengah, Kota Semarang.

Kenaikan muka air laut bisa mencapai 10 cm setiap tahunnya di kota tersebut. Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu mengatakan kondisi itu tak cuma mengancam aktivitas ekonomi dan bisnis di Kota Lumpia, tetapi juga mengancam kehidupan anak cucu nanti.

"Krisis iklim bukan lagi fenomena, melainkan sudah menjadi ancaman, termasuk bagi Semarang yang memiliki setidaknya 117 bangunan bersejarah. Keberadaan situs-situs bersejarah ini turut terancam dengan meningkatnya jumlah bencana hidrometeorologi yang diperparah krisis iklim," kata Bondan, dikutip Senin (31/10/2022).

Untuk merekam dampak perubahan iklim di pesisir Semarang itu, Greenpeace mengajak pesepeda untuk ikut dalam rangkaian tur bertajuk Chasing The Shadow. Dalam program tersebut, pesepeda diajak untuk melihat langsung kondisi lingkungan di pesisir Jakarta, Bandung, Surabaya hingga Bali.

Rombongan pesepeda tiba di Kota Semarang pada Sabtu (29/10/2022). Tak cuma Semarang, rombongan juga ikut mengunjungi perkampungan warga di Kabupaten Demak yang kini sudah terendam air rob. Bondan menceritakan, kondisi tersebut cukup memprihatinkan mengingat peran Demak dan Semarang dalam sejarah yang ikut masuk dalam jalur perdagangan rempah. Satu catatan penting bagi kebudayaan dan sejarah masyarakat Pantura.

Rombongan itu juga singgah sejenak di Kabupaten Batang untuk menengok Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). "Sungguh disayangkan Indonesia masih belum bisa lepas dari ketergantungan terhadap batu bara di tengah tren global yang sedang bergerak melakukan transisi energi secara masif," ucap Bondan dalam konferensi pers yang digelar di Kawasan Kota Lama.

Raffi, salah seorang pesepeda, ikut menuturkan pengalamannya ketika singgah di Kabupaten Banjarnegara. Di lokasi tersebut, dampak perubahan iklim ikut mempengaruhi produktivitas kebun kopi yang dimiliki warga. "Kami melihat cuaca yang ekstrem untuk kopi. Harusnya tahun ini mereka panen raya, tapi gagal. Buat saya pribadi, itu cukup sedih," ungkapnya.

Sepanjang perjalanan Chasing The Shadow tersebut, Raffi menyebut dampak perubahan iklim tak cuma berkaitan dengan kenaikan muka air laut ataupun peningkatan suhu. "Krisis air bersih, krisis mangrove, krisis ruang terbuka hijau, itu yang kami lihat," tambahnya.

Lebih lanjut, Rafi mengungkapkan pihaknya tak cuma bersepeda melintasi Jawa-Bali. Dalam program tersebut, Rafi dan kawan-kawan bakal mendokumentasikan perjalanannya. "Kami ingin membuat satu pameran seperti ini juga. kami ingin memperlihatkan kondisi di luar sana tidak baik-baik saja," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper