Bisnis.com, SEMARANG — Gempa bumi yang terjadi dengan magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur dikhawatirkan bakal diikuti dengan gempa-gempa susulan.
"Walaupun lebih kecil, tetap harus waspada," kata Kepala Pusat Studi Bencana (PSBA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Anggri Setiawan, Selasa (22/11/2022).
Anggri menyebutkan, peneliti di Tanah Air telah cukup intens melakukan pemantauan potensi gempa pada Sesar Lembang dan Sesar Sumatera. Menurutnya, upaya pemetaan tersebut mesti dilakukan di daerah-daerah lainnya guna mengidentifikasi potensi bencana gempa bumi.
"Jika sudah teridentifikasi, masing-masing sesar perlu diestimasi rata-rata kecepatan pergerakannya. Dengan data inilah, kita bisa tahu mana sesar yang masih aktif dan tidak. Serta mana yang paling berpotensi untuk gempa di masa depan," jelas Anggri dalam siaran persnya.
Langkah pemetaan tersebut memang tidak sepenuhnya akurat. Namun, Anggri menjelaskan bahwa ketersediaan data kebencanaan itu penting sebagai acuan mitigasi bencana di masa mendatang.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan aktifnya Sesar Cimandiri sebagai penyebab terjadinya gempa di Cianjur beberapa waktu lalu. Selain Cianjur, Jakarta Selatan juga memiliki Sesar Baribis yang menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) masih berstatus aktif.
Lebih lanjut, Anggri mengimbau masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan dengan lereng yang curam untuk bisa melakukan evakuasi. Pasalnya, dengan potensi terjadinya gempa susulan di wilayah sekitar episentrum gempa besar, ada risiko longsor yang menghantui kawasan dengan tanah yang tidak stabil. "Apalagi dengan ditambah hujan lebat," tambahnya.
Satuan Kerja Penanggulangan Kedaruratan Bencana (SKPDB) di tingkat kabupaten juga diminta waspada. Anggri menyebut, satuan kerja itu punya peran penting untuk mengkoordinasi tahapan siaga darurat, tanggap darurat, serta transisi pemulihan ketika terjadi bencana alam.
Sebagai langkah awal mitigasi bencana gempa Cianjur, Anggri juga menjelaskan bahwa fasilitas penampungan dan logistik perlu jadi perhatian. Salah satunya dengan pendirian fasilitas tenda darurat.
"Setiap bencana dan dampak yang ditimbulkan memerlukan waktu penanganan yang berbeda. Umumnya mengacu kepada penyediaan bahan logistik tanggap darurat dan melihat perkembangan situasinya," jelas Anggri.
Anggri menyebutkan, peneliti di Tanah Air telah cukup intens melakukan pemantauan potensi gempa pada Sesar Lembang dan Sesar Sumatera. Menurutnya, upaya pemetaan tersebut mesti dilakukan di daerah-daerah lainnya guna mengidentifikasi potensi bencana gempa bumi.
"Jika sudah teridentifikasi, masing-masing sesar perlu diestimasi rata-rata kecepatan pergerakannya. Dengan data inilah, kita bisa tahu mana sesar yang masih aktif dan tidak. Serta mana yang paling berpotensi untuk gempa di masa depan," jelas Anggri dalam siaran persnya.
Langkah pemetaan tersebut memang tidak sepenuhnya akurat. Namun, Anggri menjelaskan bahwa ketersediaan data kebencanaan itu penting sebagai acuan mitigasi bencana di masa mendatang.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan aktifnya Sesar Cimandiri sebagai penyebab terjadinya gempa di Cianjur beberapa waktu lalu. Selain Cianjur, Jakarta Selatan juga memiliki Sesar Baribis yang menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) masih berstatus aktif.
Lebih lanjut, Anggri mengimbau masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan dengan lereng yang curam untuk bisa melakukan evakuasi. Pasalnya, dengan potensi terjadinya gempa susulan di wilayah sekitar episentrum gempa besar, ada risiko longsor yang menghantui kawasan dengan tanah yang tidak stabil. "Apalagi dengan ditambah hujan lebat," tambahnya.
Satuan Kerja Penanggulangan Kedaruratan Bencana (SKPDB) di tingkat kabupaten juga diminta waspada. Anggri menyebut, satuan kerja itu punya peran penting untuk mengkoordinasi tahapan siaga darurat, tanggap darurat, serta transisi pemulihan ketika terjadi bencana alam.
Sebagai langkah awal mitigasi bencana gempa Cianjur, Anggri juga menjelaskan bahwa fasilitas penampungan dan logistik perlu jadi perhatian. Salah satunya dengan pendirian fasilitas tenda darurat.
"Setiap bencana dan dampak yang ditimbulkan memerlukan waktu penanganan yang berbeda. Umumnya mengacu kepada penyediaan bahan logistik tanggap darurat dan melihat perkembangan situasinya," jelas Anggri.