Bisnis.com, SEMARANG - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Jawa Tengah pada bulan November 2022 mengalami penurunan baik secara month-to-month (mtm) maupun year-on-year (yoy). Sebagai informasi, pada periode tersebut, nilai impor Jawa Tengah berada di angka 1.102,88 juta US$. Angka itu mengalami penurunan 7,71 persen (mtm) atau 10,98 persen (yoy).
Dilihat dari strukturnya, impor bahan baku dan penolong menyumbang 89,69 persen dari keseluruhan impor Jawa Tengah pada bulan November 2022. Namun demikian, impor pada kelompok tersebut dilaporkan mengalami penurunan 9,56 persen (mtm) atau 8,10 persen (yoy).
Sekilas, penurunan impor itu mengindikasikan pelemahan kinerja industri manufaktur di Jawa Tengah. Terlebih dengan penurunan permintaan impor pada komoditas penyumbang produksi tekstil dan garmen, dua produk utama ekspor Jawa Tengah. BPS Provinsi Jawa Tengah mencatat, beberapa bahan baku seperti filamen buatan, kapas, juga serat stapel buatan mengalami penurunan paling signifikan pada bulan November 2022 lalu.
Ekonom Universitas Diponegoro, Wahyu Widodo, mengungkapkan dua perspektif yang bisa digunakan dalam melihat fenomena tersebut. "Bisa saja kita melihat ada indikator aktivitas produksi yang menurun. Tetapi jangan lupa, impor ini tidak seperti beli di toko yang beli sekarang dapat sekarang. Ada model pembayaran kontrak, dengan order yang dari jauh-jauh hari. Barangkali, memang saat itu industri belum perlu banyak order," jelasnya saat dihubungi Bisnis pada Selasa (3/1/2023).
Wahyu menambahkan, dugaan pelemahan industri itu mesti diperkuat oleh tren turunnya permintaan impor secara terus menerus. "Ini kan belum ada. Sehingga, sekali lagi, ini sepertinya seasonal. Business cycle saja," tambahnya.
Pada perkembangan lain, Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Tengah Arjuliwondo, menyampaikan bahwa kinerja ekspor-impor Jawa Tengah secara umum masih cukup menggembirakan. Pasalnya, sepanjang November 2022 lalu, defisit ekspor-impor masih terus mengalami penurunan.
"Industri pengolahan, yang juragan kita, atau share yang paling menopang ekspor kita. Mengalami kenaikan 12,51 persen (c-to-c). Ini adalah hal yang menggembirakan, ada peningkatan yang cukup baik dari hasil industri pengolahan kita yang kita ekspor," ucap Arjuliwondo dalam konferensi pers yang digelar beberapa waktu lalu.
Dilihat dari strukturnya, impor bahan baku dan penolong menyumbang 89,69 persen dari keseluruhan impor Jawa Tengah pada bulan November 2022. Namun demikian, impor pada kelompok tersebut dilaporkan mengalami penurunan 9,56 persen (mtm) atau 8,10 persen (yoy).
Sekilas, penurunan impor itu mengindikasikan pelemahan kinerja industri manufaktur di Jawa Tengah. Terlebih dengan penurunan permintaan impor pada komoditas penyumbang produksi tekstil dan garmen, dua produk utama ekspor Jawa Tengah. BPS Provinsi Jawa Tengah mencatat, beberapa bahan baku seperti filamen buatan, kapas, juga serat stapel buatan mengalami penurunan paling signifikan pada bulan November 2022 lalu.
Ekonom Universitas Diponegoro, Wahyu Widodo, mengungkapkan dua perspektif yang bisa digunakan dalam melihat fenomena tersebut. "Bisa saja kita melihat ada indikator aktivitas produksi yang menurun. Tetapi jangan lupa, impor ini tidak seperti beli di toko yang beli sekarang dapat sekarang. Ada model pembayaran kontrak, dengan order yang dari jauh-jauh hari. Barangkali, memang saat itu industri belum perlu banyak order," jelasnya saat dihubungi Bisnis pada Selasa (3/1/2023).
Wahyu menambahkan, dugaan pelemahan industri itu mesti diperkuat oleh tren turunnya permintaan impor secara terus menerus. "Ini kan belum ada. Sehingga, sekali lagi, ini sepertinya seasonal. Business cycle saja," tambahnya.
Pada perkembangan lain, Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Tengah Arjuliwondo, menyampaikan bahwa kinerja ekspor-impor Jawa Tengah secara umum masih cukup menggembirakan. Pasalnya, sepanjang November 2022 lalu, defisit ekspor-impor masih terus mengalami penurunan.
"Industri pengolahan, yang juragan kita, atau share yang paling menopang ekspor kita. Mengalami kenaikan 12,51 persen (c-to-c). Ini adalah hal yang menggembirakan, ada peningkatan yang cukup baik dari hasil industri pengolahan kita yang kita ekspor," ucap Arjuliwondo dalam konferensi pers yang digelar beberapa waktu lalu.