Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pedagang Ketupat Dadakan Padati Pasar di Semarang Jelang Lebaran

Saban harinya, pedagang ketupat dadakan yang berjualan di pasar tradisional Semarang bisa mengantongi sekitar Rp200.000.
Mamiek, warga Penggaron yang menjadi penjual selongsong ketupat dadakan di Pasar Peterongan. Dalam sehari, pria itu bisa mengantongi Rp200.000.- / Bisnis-Muhammad Faisal Nur Ikhsan
Mamiek, warga Penggaron yang menjadi penjual selongsong ketupat dadakan di Pasar Peterongan. Dalam sehari, pria itu bisa mengantongi Rp200.000.- / Bisnis-Muhammad Faisal Nur Ikhsan

Bisnis.com, SEMARANG - Suasana Idulfitri kian terasa dengan mulai dijajakannya ketupat di pasar-pasar tradisional. Di Kota Semarang, Pasar Peterongan menjadi salah satu lokasi yang sudah dibanjiri pedagang ketupat dadakan. Pedagang musiman itu membuat selongsong ketupat di pinggir-pinggir jalan dan sela-sela lapak pedagang lain.

"Setiap tahun jualan seperti ini saya, pandemi kemarin juga. Jualan pertama dari hari Rabu (19/4/2023) sampai Syawal nanti, Lebaran hari pertama," kata Mamiek, warga Penggaron yang berjualan di Pasar Peterongan kepada Bisnis, Kamis (20/4/2023).

Mamiek menjelaskan bahwa selongsong ketupat itu dibuatnya sembari menunggu pembeli. Biasanya pembeli datang tak cuma dari warga di sekitar Pasar Peterongan, tapi juga pemudik-pemudik yang pulang ke kampung halaman. Hal itu bisa dilihat dari plat kendaraan pembeli yang berhenti.

Seikat selongsong ketupat dengan isi 10 dijual dengan harga Rp15.000.

"Ramainya tidak pasti, kadang ramai tapi kadang juga sepi. Kalau lagi ramai bisa bawa pulang Rp200.000 per hari," jelas Mamiek lagi.

Pria paruh baya itu menceritakan bahwa dirinya mesti berangkat sejak pagi buta. Pelepah kelapa, bahan untuk membuat selongsong ketupat itu, mesti lebih dulu disiapkan dari jauh-jauh hari. Mamiek menyebut kalau pelepah-pelepah itu mesti dipesan dari wilayah pinggiran Kota Semarang seperti Demak.

Selain Mamiek, di Pasar Peterongan sendiri pedagang ketupat dadakan memang sudah banyak berjejer. Keberadaan pedagang-pedagang dadakan itu tentunya memudahkan masyarakat yang ingin menghidangkan ketupat di Hari Raya.

Sebagai informasi, di Kota Semarang, ketupat tak cuma identik dengan perayaan Idulfitri yang digelar umat muslim. Di kota multietnis ini, ketupat juga menjadi hidangan khas dalam perayaan Cap Go Meh yang biasa digelar masyarakat Tionghoa.

Agus Hermawan, Akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dalam publikasinya di tahun 2016, menjelaskan bahwa hidangan ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Dalam kepercayaan di masyarakat, hidangan ketupat atau kupat dianggap merupakan akronim dari ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Tak heran jika hidangan ketupat itu begitu lekat dengan hari Idulfitri sebagai momen bermaaf-maafan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper