Bisnis.com, SEMARANG — Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang menggelar seminar nasional dengan topik "Strategi Penguatan Ketangguhan Ekonomi Kota Semarang dalam Menghadapi Dinamika Regional dan Nasional" pada Kamis (4/5/2023).
Bertempat di Ruang Loka Krida, Lantai 8 Gedung Much Ichsan, Kompleks Balaikota Semarang, seminar tersebut dihadiri oleh ratusan peserta dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD), akademisi, hingga asosiasi profesi di Kota Semarang.
Seminar nasional itu digelar sebagai bagian dari rangkaian kegiatan "Semarang Membahas" yang dilaksanakan untuk memperingati hari jadi Kota Semarang ke-476. Rangkaian kegiatan tersebut terdiri atas 22 seminar, workshop, FGD, dan diskusi yang diselenggarakan secara serentak dan dibuka oleh Walikota Semarang secara virtual.
Budi Prakosa, Kepala Bappeda Kota Semarang, menyampaikan bahwa tema seminar dipilih untuk mendukung upaya analisis potensi peluang dan tantangan di masa depan. "Sehingga dapat dilakukan perencanaan langkah-langkah mitigasi untuk hal-hal yang diprediksi akan terjadi ke depannya. Agar stabilitas yang terjadi saat ini tidak menjadi calm before the storm," ucapnya.
Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip), FX Sugiyanto, hadir sebagai narasumber dalam seminar nasional tersebut. Akademisi itu memaparkan pola interaksi ekonomi serta peran Kota Semarang bagi daerah sekitar utamanya di pedalaman atau hinterland. Dalam paparannya, Sugiyanto menyampaikan bahwa secara umum Kota Semarang masih menjadi pusat aktivitas ekonomi di pesisir utara Jawa Tengah.
"Pola interaksi ekonomi Kota Semarang dengan hinterland adalah pola persebaran, bukan luberan. Pola interaksi seperti ini jauh lebih sustain karena pola luberan itu yang lain menadah, inilah sebenarnya kelanggengan interaksi Ktoa Semarang," jelas Sugiyanto.
Abdul Malik Sadat Idris, Direktur Regional I Kementerian PPN/Bappenas, menambahkan bahwa Kota Semarang telah sukses menarik atensi dari pemerintah pusat. Indikatornya terlihat dari banyaknya proyek besar pemerintah yang digarap di wilayah tersebut. Mulai proyek-proyek transportasi, pengendalian banjir, sarana kesehatan, hingga penguatan sistem kebencanaan. "Itu adalah investment publik yang ada di Kota Semarang," ucapnya.
Secara umum, kawasan Kendal-Ungaran-Semarang-Purwodadi atau Kedungsepur sendiri hingga hari ini masih berstatus sebagai kota sedang. Kondisi tersebut menurut Malik bukan menjadi halangan apalagi masalah. "Mumpung belum terlalu banyak [penduduk], masih ada ruang buat kita," jelas Malik.
Dari sisi tata kota, Kota Semarang sudah punya pondasi yang kuat untuk tumbuh menjadi kota besar sekaligus kota pintar atau smart city. "Kota Semarang sendiri sebenarnya sudah punya aset yang cukup banyak. Di antaranya adalah jaringan kereta api yang cukup lengkap dan juga struktur untuk menjadi smart city," jelasnya.
Wakil Ketua Himpunan Kawasan Industri Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Setyo Adi Paminto, yang juga menjadi narasumber dalam acara tersebut menambahkan bahwa untuk semakin berkembang, Kota Semarang perlu juga buat melakukan moratorium industri manufaktur di luar kawasan industri. Lebih lanjut, untuk mendukung aktivitas produksi, penyediaan infrastruktur seperti air bersih dan gas juga perlu dilakukan.
Penyelenggaraan acara seminar merupakan kerja sama antara Bappeda Kota Semarang dengan Bisnis Indonesia Kantor Perwakilan Jateng & DIY. Acara tersebut turut didukung oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Alga Bioteknologi Indonesia (Albitec), dan Metro Park View Hotel Semarang.