Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Abal-Abal Berpotensi Bikin Masalah Lingkungan di Jateng

Himpunan Kawasan Industri Jawa Tengah mencatat, beberapa investor abal-abal yang masuk dan mendirikan pabrik di Jawa Tengah punya masalah pengolahan limbah.
Ilustrasi./limbahb3.blogspot.com
Ilustrasi./limbahb3.blogspot.com

Bisnis.com, SEMARANG - Masuknya investor Penanaman Modal Asing (PMA) ke Jawa Tengah perlu mendapatkan perhatian serius.

Di satu sisi, suntikan investasi tersebut memang harus disambut positif sebagai bagian dari upaya mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, ada ancaman dan risiko yang perlu dimitigasi.

"Kita banyak kebanjiran pengusaha asing yang abal-abal. Di negaranya, dia sudah tidak sustain, entah karena kesulitan dalam mengolah limbah dan lain-lain. Kalau dia masuk ke sini [Jawa Tengah], harus betul-betul diawasi," jelas Setyo Adi, Wakil Ketua Himpunan Kawasan Industri Provinsi Jawa Tengah, Jumat (23/6/2023).

Risiko tersebut tentunya bertambah parah seiring maraknya pelaku usaha yang memilih buat berinvestasi di luar kawasan industri. Salah satu solusi yang ditawarkan Setyo, adalah dengan memberikan insentif khusus bagi pelaku usaha di dalam kawasan.

"Kami berharap insentif-insentif kepada industri bisa diberikan kepada pengusaha yang berada di satu lokasi [kawasan industri]. Kami mendorong itu dilakukan pemerintah, agar kita bisa bersaing," jelas Setyo dalam diskusi yang digelar di Kota Semarang.

Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Tengah, Harry Nuryanto Soediro, menyebut masih ada peluang investasi pada sektor ekonomi hijau di Jawa Tengah.

Menurutnya, ekonomi hijau bisa menjadi jalan tengah yang menyeimbangkan kegiatan usaha dengan aspek keberlanjutan lingkungan.

"Keduanya mesti berjalan seiringan. Kami mengajak semua stakeholder untuk bisa berkontribusi dalam memperhatikan dan menjaga lingkungan dengan cara yang seimbang," ucapnya di Kota Semarang, beberapa waktu lalu.

Ada banyak sektor usaha yang bisa digarap menggunakan konsep ekonomi hijau tersebut. Mulai Energi Baru Terbarukan (EBT), pertanian berkelanjutan, serta pariwisata ramah lingkungan. Pemerintah daerah sendiri bisa mengambil strategi pembangunan rendah karbon buat mendukung geliat ekonomi hijau.

Di Jawa Tengah, industri manufaktur memang boleh dibilang tengah mengalami periode transisi. Di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) misalnya, mulai dibangun fasilitas produksi alat kesehatan, farmasi, dan elektronik.

Sektor-sektor tersebut tentu membawa corak baru bagi industri manufaktur Jawa Tengah yang dominan pada Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Selain transisi pada sektor usahanya, pelaku manufaktur Jawa Tengah juga dilaporkan mulai menggeser pabriknya ke lokasi yang lebih kompetitif.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengakui bahwa banyak pelaku industri manufaktur yang bergeser ke wilayah timur ibukota Jawa Tengah itu. Ita, sapaan akrabnya, tak ambil pusing lantaran Kota Semarang memang diproyeksikan sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa.

"Untuk industri memang beberapa ada yang pindah karena upah minimum kota (UMK) [yang lebih tinggi] dibanding Kabupaten Demak, Kabupaten Pati, ya wajar. Karena di kota yang harus naik itu jasa dan trading, bukan hulunya," jelas Ita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper