Bisnis.com, SEMARANG - Petani-petani di wilayah Kabupaten Sragen memanfaatkan pompa air listrik buat mengairi sawah-sawahnya di musim kering.
"Dulu untuk pengairan pakainya mesin diesel, habisnya banyak. Carinya ke SPBU dan perorangan," ungkap Yudhis, salah seorang petani di Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, dikutip Rabu (12/7/2023).
Yudhis menjelaskan bahwa setiap petani biasa menggarap 2-8 petak sawah. Pria yang meneruskan usaha pertanian orangtuanya itu juga tergabung ke dalam kelompok tani dengan jumlah anggota sekitar 40 orang. Jika ditotal, luas lahan kelompok tani itu bisa mencapai 4-5 hektare.
Petani-petani tersebut mesti memompa air dari kedalaman 30-60 meter. Dengan mesin diesel, satu orang petani bisa menghabiskan berliter-liter solar setiap harinya buat mengairi sawah. Dari perhitungan tersebut, petani pun sempat berinovasi dengan memodifikasi mesin diesel supaya bisa digerakkan menggunakan bahan bakar gas LPG.
"Untuk satu petak sawah, paling tidak butuh satu gas ukuran tiga kilogram untuk mengaliri sawah selama 11 jam. Untuk luas tiga hektare itu ya kira-kira habis 24 tabung, dalam sehari," jelas Yudhis kepada Tim Jelajah Investasi Jawa Tengah.
Tak heran jika memasuki musim kemarau, baik pasokan gas LPG maupun solar di sekitar wilayah tersebut menjadi kian terbatas. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan industri, ada petani-petani yang menggantungkan hasil panennya dari mesin-mesin pompa air tersebut.
Baca Juga
Pertanian di Kabupaten Sragen memang relatif rawan kekeringan. Kondisi tanah yang relatif kering mesti diakali dengan pemanfaatan mesin-mesin pompa.
Yudhis sendiri mengaku, di musim hujan, pasokan air dari Waduk Ketro dan Waduk Kedung Ombo sudah mencukupi kebutuhan petani di wilayahnya. Namun, lain cerita jika musim sudah masuk kemarau.
"Kalau musim kemarau pasti susah. Tahun 2019 itu kemarau panjang, setelah menggunakan pompa air listrik, panen bisa tiga kali pagi semua. Sudah tidak diselingi palawija," jelas Yudhis.
Petani-petani seperti Yudhis memang telah memanfaatkan program electrifying agriculture yang dipromosikan oleh PLN.
Muhdam Azhar, Manajer PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Sumberlawang, menjelaskan bahwa permintaan petani di wilayah utara Kabupaten Sragen dan Kabupaten Boyolali untuk menyambung jaringan listrik ke area persawahan datang sepanjang tahun.
"Apalagi di musim kemarau, permohonan pasang baru untuk mengaliri sawahnya pasti banyak," jelasnya.
Pengajuan permohonan tersebut biasanya dilakukan secara kolektif. Setiap kelompok tani biasanya beranggotakan 10-30 orang. Nantinya, dari permohonan tersebut, PLN bakal menyiapkan infrastruktur berupa tiang-tiang dan gardu listrik di jalan penghubung area persawahan.
Petani-petani yang mengajukan sambungan listrik baru itu akan memasang sendiri tiang-tiang listrik dari jaringan utama ke tengah sawah.Program yang diperkenalkan dengan nama 'Super Panen' tersebut tidak terbatas pada petani padi seperti Yudhis.
Muhdam menjelaskan, di wilayah PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Surakarta, banyak pula petani buah-buahan seperti melon yang ikut serta dalam program tersebut.
"Kalau yang berpotensi di wilayah kerja PLN ULP Sumberlawang sendiri selain Super Panen ada juga Super Electric Chiken karena ternak banyak sekali di sini. Katakanlah setiap bulan kami bisa pasang baru untuk dua sampai tiga kandang ayam dengan daya yang beragam, bahkan paling besar daya tegangan menengah," jelas Muhdam.
Liputan ini merupakan bagian dari program Jelajah Investasi Jawa Tengah 2023: Daulat Pangan dan Energi. Program tersebut terselenggara berkat dukungan dari para sponsor yakni Grand Batang City, PT PLN Persero, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, Nasmoco, XL Axiata, serta PT Jamkrida Jateng.