Bisnis.com, SEMARANG - Kepala Karantina Pertanian Semarang, turhadi Noerachman, mengungkapkan bahwa hingga Juni 2023 Karantina Semarang telah memberikan fasilitas sertifikasi untuk 35,72 ton lada yang bakal diekspor.
Dibandingkan tahun 2022, volume lada yang diekspor Jawa Tengah pada tahun ini mengalami peningkatan hingga 79,58 persen. "Yang menjadi tantangan petani adalah bagaimana mengolah lada dengan teknologi modern sehingga menghasilkan produk berdaya saing tinggi dibandingkan produk negara lain," jelas Turhadi dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Jumat (4/8/2023).
Turhadi menambahkan bahwa lada sebagai komoditas yang dibudidayakan secara turun temurun masih begitu menjanjikan buat dipasarkan. Beberapa produk turunan bisa dihasilkan dari komoditas pertanian tersebut, mulai kosmetik, parfum, aroma terapi, hingga pelengkap fesyen.
"Kami selalu mendukung petani untuk mengembangkan potensi lada dengan memberikan dukungan teknis," pungkasnya.
Direktur International Pepper Community (IPC), Firna Ekaputri, menyebut Indonesia punya peluang buat masuk ke pasar perdagangan lada baik di tingkat regional maupun internasional.
Firna mengungkapkan, Indonesia telah menjadi pengekspor lada terbesar ketiga di dunia dan hasil perdagangan komoditas itu telah menyumbangkan devisa bagi negara.Potensi di bidang usaha perkebunan sendiri di Jawa Tengah memang masih demikian menarik.
Baca Juga
Setidaknya menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar Petani (NTP) pada subsektor perkebunan rakyat masih menunjukkan angka yang positif. Pada Juli 2023 kemarin, NTP subsektor perkebunan rakyat dilaporkan mengalami pertumbuhan 1,78 persen dari 103,38 poin pada Juni 2023 ke 105,22 poin.
Kinerja tersebut jauh lebih baik ketimbang NTP pertanian secara umum. Dimana di Jawa Tengah, pada Juli 2023, indikator NPT dilaporkan tengah menunjukkan kontraksi sebesar 0,58 persen secara month-to-month (mtm).
Pada perkembangan lainnya, indikator ekspor-impor pada sektor pertanian di Jawa Tengah dilaporkan mengalami pelemahan pada Juni 2023. Meskipun kinerja ekspor pada sektor pertanian secara year-on-year (YoY) menunjukkan pertumbuhan 35,20 persen. Namun, secara M-to-M ekspor pertanian Jawa Tengah dilaporkan turun tipis di angka 1,68 persen.
Adapun nilai ekspor pada sektor non-migas di Jawa Tengah pada periode yang sama dilaporkan mengalami penurunan di angka 6,41 persen (mtm) atau 18,32 persen (yoy). Adapun nilai ekspor untuk sektor tersebut berkisar di US$860 juta.