Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jateng Siap Stabilkan Harga Cabai dan Gula

Harga cabai yang sempat anjlok beberapa waktu lalu kini mulai merangkak naik. Peningkatan permintaan di tingkat konsumen jadi pemicu.
Pedagang menata barang dagangan./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.
Pedagang menata barang dagangan./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.

Bisnis.com, SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mulai mengantisipasi lonjakan harga kebutuhan pokok jelang momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).

"Ini nanti ada Nataru kemudian tambah lagi El Nino sampai kapan dampaknya," ujar Ratna Kawuri, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah pada Rabu (25/10/2023).

Ratna menyebut, pihaknya terus melakukan pemantauan harga dan ketersediaan. Jelang momen Nataru, ketersediaan stok beras khususnya Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Bulog juga disebut masih mencukupi.

Terkait dengan kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok di Jawa Tengah, seperti harga cabai rawit dan gula pasir, Ratna mengaku kaget lantaran beberapa waktu lalu harga komoditas hortikultura di Jawa Tengah sempat anjlok.

"Cabai beberapa waktu kemarin itu jauh di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET). Malah mesakke petani. Itu dalam satu dua hari, bisa Rp13.000-15.000 [kenaikannya]. Semula Rp53.000/kg menjadi Rp63.000/kg," jelas Ratna.

Untuk mengatasi hal tersebut, Ratna menyebut pasokan komoditas pokok mesti digelontorkan di pasaran. "Kalau ingin menekan harga, supply exceed demand. Suplainya digelontori, soalnya di situ saja. Ini ada permintaan yang meningkat," ucapnya.

Berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional, per 25 Oktober 2023, harga cabai rawit merah di tingkat pedagang eceran berada di angka Rp60.490/kg atau 3,81% di atas harga rata-rata nasional.

Sementara itu, harga gula konsumsi di Jawa Tengah masih berkisar di Rp15.270/kg atau sedikit di bawah harga rata-rata nasional yang sudah mencapai Rp15.710/kg.

Terpisah, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengajak masyarakat buat beralih ke bahan pangan alternatif. Langkah tersebut dilakukan untuk menghadapi kelangkaan dan lonjakan harga yang terjadi.

"Kalau masyarakat masyarakat sudah mulai mengimplementasikan makanan pendamping beras, pasti akan berkurang [harganya]," ucap Ita, sapaan akrabnya.

Selain beras, masyarakat juga bisa menggunakan alternatif pemanis alami selain gula. "Madu ini kan banyak sekali, mungkin kemarin orang tidak menoleh. Jadi sebenarnya kita ini tidak harus panik begitu," tambahnya kepada wartawan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper