Bisnis.com, SEMARANG - Laju inflasi di Jawa Tengah secara bulanan atau month-to-month (mtm) dilaporkan mulai menurun. Dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (1/11/2023), inflasi Jawa Tengah pada Oktober 2023 berada di angka 0,18 (mtm).
"Inflasi month-to-month ini pada bulan Oktober 2023 yang sebesar 0,18% ini lebih rendah dari inflasi bulan September kemarin. Yang pada bulan lalu, kita mengalami inflasi 0,41% (mtm) yang tentu saja disebabkan oleh kenaikan harga beras yang tinggi pada bulan lalu," jelas Arjuliwondo, Statisti Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Tengah dalam konferensi persnya.
Arjuliwondo menjelaskan, dari 11 kelompok pengeluaran, ada 7 kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi di Jawa Tengah, 3 kelompok pengeluaran mengalami deflasi atau penurunan harga, dan hanya 1 kelompok yang relatif stabil.
"Penyumbang terbesar inflasi bulan Oktober dari sisi kelompok pengeluaran yaitu kita lihat kelompok makanan, minuman, dan tembakau dan kelompok transportasi yang memberikan andil masing-masing 0,09% dan 0,06%," jelas Arjuliwondo.
Jika diakumulasikan, dua kelompok pengeluaran tersebut sudah menyumbang angka inflasi hingga 0,15%. Adapun dari komoditasnya, kenaikan harga beras, cabai, serta BBM nonsubsidi menjadi pemicu utama inflasi di Jawa Tengah.
Arjuliwondo menjelaskan bahwa kenaikan harga cabai memberikan andil inflasi terbesar setelah kenaikan harga BBM nonsubsidi. Dampak kemarau panjang mengakibatkan hasil panen cabai di Jawa Tengah tidak maksimal dan mengganggu pasokan di tingkat konsumen.
Baca Juga
"Kemarau panjang ini juga menjadi salah satu penyebab kenaikan harga beras yang tentu saja disebabkan oleh berkurangnya harga beras dan kondisi yang belum memasuki harga panen. Jadi harga beras merangkak terus," jelasnya.
Lebih lanjut, Arjuliwondo berharap laju inflasi di Jawa Tengah bisa terus terjaga mengingat tahun 2023 tersisa dua bulan lagi. Dengan target inflasi tahun ini yang berada di kisaran 3±1%, inflasi tahun kalender atau Year-to-Date (ytd) Jawa Tengah masih relatif aman.
"Walaupun kita masih menyisakan dua bulan ke depan, dimana biasanya di bulan Desember ada inflasi lagi. Semoga kita masih bisa menjaga angka ini dalam kisaran yang ditargetkan pemerintah," jelas Arjuliwondo.