Bisnis.com, SEMARANG - Kelompok pengeluaran pendidikan menjadi penyumbang inflasi terbesar di wilayah DI Yogyakarta. Hal tersebut dibarengi dengan kenaikan harga pangan yang juga menjadi penyumbang inflasi.
"Inflasi DI Yogyakarta pada Oktober tercatat dalam kisaran sasaran 3,0±1%. Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat sebesar 0,25% (month-to-month) lebih rendah dibanding inflasi bulan lalu yaitu 0,29% (month-to-month)," jelas Ibrahim, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DI Yogyakarta, Kamis (2/11/2023).
Ibrahim menjelaskan, dengan 128 perguruan tinggi yang beroperasi di wilayah tersebut, penyesuaian Uang Kuliah Tunggal (UKT) di perguruan tinggi telah memberikan tekanan inflasi di wilayah DI Yogyakarta. Lebih lanjut, pergerakan harga pada komoditas pangan juga ikut memicu terjadinya inflasi.
"Naiknya harga beras disebabkan oleh berkurangnya pasokan akibat el nino. Sejalan dengan hal tersebut, harga cabai rawit juga meningkat akibat kekeringan yang memicu penurunan produktivitas cabai sehingga berdampak pada pasokan yang terbatas," jelas Ibrahim dalam siaran pers yang diterima Bisnis.
BI memperkirakan, laju inflasi di DI Yogyakarta bakal berada di kisaran target. "Kondisi tersebut didukung oleh upaya Tim Pengendali Inflasi Daerah DI Yogyakarta dalam ketersediaan pasokan dan kestabilan harga melalui Gerakan nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), seperti operasi pasar dan pasar murah yang telah dilakukan sebanyak 360 kali," jelas Ibrahim.
Lebih lanjut, upaya Strategi Pengendalian Harga Pangan (SPHP) yang dilakukan Bulog, serta optimalisasi Kios Segoro Amarto bakal terus dilakukan untuk menjaga laju inflasi di wilayah tersebut.
Baca Juga
Sebelumnya, Statisti Ahli Madya BPS Provinsi DI Yogyakarta Rahmawati, menyampaikan bahwa dari komoditasnya, pendidikan memberikan andil inflasi sebesar 0,09%, kemudian disusul oleh beras 0,07%, bensin 0,06%, rokok putih 0,04%, cabai rawit 0,02%, serta cabai merah, brokoli, gula pasir, susu bubuk untuk balita, dan bakso siap santap masing-masing sebesar 0,01%.
"Kota Yogyakarta menempati ranking [inflasi tertingi ke] 31 [secara nasional] sebesar 0,25% (month-to-month). Sementara untuk peringkat inflasi year-on-year (yoy), tiga kota tertinggi dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yaitu Tanjung Pandan sebesar 5,43%, Sumenep sebesar 5,29%, Merauke sebesar 4,89%. Sementara Yogyakarta menempati ranking ke-17 itu sebesar 3,44%," jelas Rahmawati dalam konferensi pers yang digelar Rabu (1/11/2023).