Bisnis.com, SEMARANG - Syanaz Nadya Winanto Putri, pengusaha asal Kota Semarang sekaligus pendiri jenama Rorokenes, membuktikan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bisa berkontribusi lebih bagi lingkungan sekitarnya.
Syanaz mengungkapkan, usaha yang dimulai dari teras rumah di tahun 2014 itu kini tak cuma sibuk memproduksi dan memasarkan produk fesyen berupa tas berbahan dasar kulit.
Rorokenes juga aktif ambil bagian dalam berbagai program yang menyasar isu lingkungan hingga gender."Yang namanya usaha itu bukan hanya berdagang, tapi bisnis. Kalau kami mau melakukan sesuatu yang baik, maka kami harus menjadi perusahaan yang lebih baik. Dalam tata kelola dan sebagainya," ujar Syanaz kepada wartawan, Sabtu (25/11/2023).
Salah satu bentuk dukungan Rorokenes pada isu gender adalah dengan menggandeng para mustahik Baznas, ibu dari anak berkebutuhan khusus, serta penyintas Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Ibu-ibu itu dikumpulkan ke dalam satu organisasi bernama Dananjaya Gita Asmaradana yang pada perkembangannya telah menjadi mitra usaha Rorokenes.
"Asmarandana di tahun pertama programnya tidak jelas, cuma menganyam tok. Tetapi setelah Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen (DPUPK) Bank Indonesia (BI) masuk [memberikan pembinaan], mereka menerapkan target. Salah satunya untuk meningkatkan kondisi keuangan ibu-ibu," jelas Syanaz.
Dengan bimbingan BI, Rorokenes mulai memperkenalkan literasi keuangan kepada ibu-ibu di Asmaradana. "Literasi keuangan masuk karena mereka harus bisa mengelola keuangan di rumah tangga. Kedua, latihan menganyam juga dilakukan sebagai sumber pemasukan," jelas Syanaz.
Baca Juga
Selain menyentuh isu gender melalui literasi keuangan, Rorokenes juga begitu memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan dalam proses produksi dan pemasarannya.
Syanaz mengungkapkan, produk Rorokenes didesain untuk bisa digunakan minimal selama dua tahun. "Jadi slow moving fashion, bukan fast moving fashion," ucapnya.
Rorokenes juga berkomitmen untuk menggunakan bahan baku yang tidak cuma berkualitas, namun juga memperhatikan kelestarian dan hak hidup satwa. "Banyak sekali endangered species dari ular yang habitatnya kian tergerus. Maka kami menggunakan kulit dari pabrik yang jelas. Bahkan, tata kelola limbahnya harus jelas," ungkap Syanaz.
Berbagai langkah yang dilakukan Rorokenes membuktikan bahwa pelaku UMKM tak cuma bisa diandalkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Lebih lanjut, pelaku UMKM juga bisa bergandeng tangan dengan pihak ketiga entah instansi pemerintah ataupun swasta untuk menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakat.
Syanaz berharap, Rorokenes bisa terus memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Lebih lanjut, perempuan itu juga berharap agar pelaku UMKM sepertinya tak dipandang sebelah mata. "Tolong cintai produk lokal, karena produk kita juga kualitasnya tidak kalah," ucapnya.