Bisnis.com, SEMARANG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengubah status bibit siklon tropis 98S menjadi Siklon Anggrek. Perubahan status tersebut diikuti oleh peringatan dini cuaca yang berlaku mulai 16-22 Januari 2024.
Fenomena cuaca Siklon Anggrek tersebut diperkirakan bakal mengakibatkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai petir di wilayah DI Yogyakarta.
Badai tersebut juga berpotensi mengakibatkan tinggi gelombang laut di kisaran 2,5-4,0 meter di Samudera Hindia selatan Jawa dan perairan selatan DI Yogyakarta.
"Nelayan sudah kami peringatkan untuk tidak melaut dari tanggal 19-22 Januari untuk tidak melaut dulu. Kalau untuk wisata masih bisa, sepanjang masih memperhatikan imbauan petugas. Petugas Satlinmas Rescue sudah ada di pesisir selatan semua," jelas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DI Yogyakarta Noviar Rahmad, Jumat (19/1/2024).
Noviar menjelaskan, beberapa hari belakangan wilayah DI Yogyakarta memang tengah dilanda hujan yang disertai angin kencang. Untuk itu, pihaknya telah menyiagakan petugas BPBD baik di tingkat provinsi hingga kabupaten dan kota.
Relawan di tingkat kalurahan juga disiagakan buat mengantisipasi potensi bencana yang terjadi.
Baca Juga
"Relawan di setiap lokasi sudah siaga. Contohnya tadi malam, itu ada sekitar 10 pohon tumbang dan itu sudah terkondisi dengan relawan-relawan yang sudah langsung menangani di masing-masing lokasi kejadian. Bahkan ada satu rumah yang tertimpa pohon di daerah Hargobinangun juga sudah tertangani oleh relawan yang sudah berada di tingkat kalurahan," jelas Noviar dikutip dari siaran pers.
Terpisah, Ketua Program Studi Sarjana Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Emilya Nurjani menjelaskan bahwa siklon terjadi akibat sistem tekanan udara rendah yang berkembang di daerah tropis.
Siklon Anggrek sendiri berdampak di beberapa daerah bagian selatan Indonesia, termasuk DI Yogyakarta.
"Efek coriolis merupakan salah satu faktor pendorong terbentuknya siklon. Selain itu, suhu permukaan laut hangat yang menghasilkan uap air yang banyak menjadi bahan bakar ideal untuk pembentukan siklon. Tekanan udara yang tinggi di wilayah Asia menyebabkan pergerakan angin ke wilayah selatan bumi, mendukung pembentukan siklon di wilayah selatan Indonesia," jelas Emilya.