Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jateng Inflasi 2,69%, Dampaknya Terasa Hingga ke Pedesaan

Pada Januari 2024, inflasi year-on-year Jawa Tengah dipicu kenaikan harga pada komoditas pangan.
Bawang merah./Istimewa
Bawang merah./Istimewa

Bisnis.com, SEMARANG - Pergerakan harga pada komoditas pangan masih menjadi penyumbang utama inflasi di Jawa Tengah pada bulan Januari 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi year-on-year (yoy) berkisar di angka 2,69% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 105,23 poin.

"[Dari] 11 kelompok pengeluaran, ada 10 kelompok yang mengalami inflasi dan satu kelompok yaitu Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan mengalami deflasi. Penyumbang terbesar inflasi secara yoy pada Januari 2024 adalah kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang memberikan andil inflasi 1,82%. Utamanya disebabkan oleh kenaikan harga beras," jelas Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, Dadang Hardiwan, pada Kamis (1/2/2024).

Dadang menjelaskan, lima komoditas penyumbang inflasi terbesar pada Januari 2024 (yoy) antara lain beras, sigaret kretek mesin (SKM), bawang putih, cabai merah, dan gula pasir.

Adapun lima komoditas penyumbang deflasi terbesar pada periode tersebut antara lain telepon seluler, minyak goreng, cabai rawit, bawang merah, dan sabun cuci piring.

Dilihat dari persebarannya, pada Januari 2024 inflasi di wilayah perkotaan Jawa Tengah relatif masih terkendali. Sebagai informasi, pada tahun ini, BPS menambah 3 wilayah pemantauan IHK dari 6 kota menjadi 9 kabupaten dan kota. Di 6 kota pemantauan IHK, inflasi secara year-on-year berkisar di angka 2%. Namun demikian, di Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten Rembang yang mewakili wilayah rural Jawa Tengah, inflasi berkisar di angka 3,53-4,93%.

"Tingkat inflasi year-on-year tertinggi terjadi di Kabupaten Rembang sebesar 4,93% dan terendah terjadi di [Kota] Purwokerto sebesar 2,09%," jelas Dadang dalam konferensi persnya.

Adapun laju inflasi secara bulanan atau month-to-month (mtm) di Jawa Tengah pada Januari 2024 berada di angka -0,08% atau mengalami deflasi.

Dadang menjelaskan, deflasi yang terjadi itu diakibatkan oleh mulai turunnya harga beberapa komoditas pangan seiring dengan mulai masuknya musim panen. Lebih lanjut, penurunan permintaan konsumen usai Natal dan Tahun Baru (Nataru) juga ikut mempengaruhi pergerakan harga di pasaran.

"Dari 11 kelompok pengeluaran pada Januari 2024, secara month-to-month ada empat kelompok yang mengalami deflasi, 6 kelompok yang mengalami inflasi, dan satu kelompok yakni pendidikan tidak mengalami perubahan atau relatif stabil," jelas Dadang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper