Bisnis.com, REMBANG — Melestarikan tradisi di tengah perubahan zaman tentu bukan perkara yang mudah. Hal tersebut dirasakan betul oleh Filemon Hermawan Sulistyo, generasi keempat dari produsen batik khas Lasem, Jawa Tengah, ketika mesti melanjutkan usaha keluarganya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Hermawan telah melanjutkan bisnis batik dengan jenama Batik Pusaka Beruang yang telah lebih dulu dijalankan orangtuanya. Jauh sebelum itu, Batik Pusaka Beruang merupakan jenama wastra khas Lasem yang pertama kali dirintis oleh neneknya pada tahun 1970-an.
"Sebagai generasi keempat, mengembangkan [batik] di era modern ini perlu digitalisasi. Pengembangan motif tanpa meninggalkan pakemnya, ciri khas batik Lasem itu tidak boleh ditinggalkan," jelas Hermawan, Minggu (21/4/2024).K
Keberadaan batik Lasem sendiri tak bisa ditinggalkan dari pertemuan budaya etnis Tionghoa dengan Jawa. Setidaknya, ada beberapa ciri khas yang menjadi pembeda batik Lasem dengan baik lain dari Jawa Tengah seperti batik Surakarta maupun batik Pekalongan.
Misalnya saja beberapa motif Laseman yang unik seperti motif Burung Hong, Gunung Ringgit, atau Kricak. Selain itu, ada pula motif Batik Tiga Negeri yang mesti melewati 21 tahapan pengerjaan.
"Yang khas Lasem itu warna merahnya, karena disebut merah getih pitik (jw. darah ayam). Kedua birunya, karena di prosesnya biru berlian, di-wedel, digentongan begitu. Ada juga motif batu pecah yang menggambarkan jalan Anyer-Panarukan, kedua motif Latohan yang menggambarkan rumput laut," jelas Hermawan.
Baca Juga
Hermawan mengaku terus belajar dari orangtuanya untuk melestarikan karakter batik Lasem dan aneka motifnya yang khas. Memang, sementara ini proses produksi dan pewarnaan masih dipantau langsung oleh orangtuanya sebagai generasi ketiga Batik Pusaka Beruang.
Namun demikian, untuk pengembangan dan pemasaran, Hermawan sudah mulai berani turun tangan.Teknologi digital menjadi penyelamat usaha keluarga itu dari kebangkrutan di tengah guncangan pandemi Covid-19 lalu. Hermawan mengungkapkan, Batik Pusaka Beruang dulunya memang hanya mengandalkan penjualan langsung di toko. Namun, seiring berjalannya waktu, kanal lokapasar atau marketplace juga ikut dijajalnya.
"[Sekarang] batik sangat diminati, bahkan kami ada beberapa buyer dari Singapura yang sering ke Lasem untuk membeli produk. Orang Malaysia juga setelah Lebaran akan berkunjung lagi," ungkap Hermawan.