Bisnis.com, SEMARANG — Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Jawa Tengah, Frans Kongi, menyebut kinerja ekspor Jawa Tengah pada Kuartal I/2024 telah menunjukkan perbaikan. Pesanan ekspor dilaporkan mulai meningkat terutama untuk produk garmen.
"Masih baik, secara umum di Semester I/2024 ini kalau kami melihat [aktivitas ekspor] masih berjalan normal," jelas Frans saat dihubungi Bisnis pada Selasa (23/4/2024).Hal tersebut mengonfirmasi catatan Badan Pusat Statistik (BPS).
Dalam konferensi pers yang digelar pada Senin (22/4/2024), BPS mencatat nilai ekspor Jawa Tengah pada Januari-Maret 2024 mengalami kenaikan dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Pada Kuartal I/2024, BPS mencatat nilai ekspor Jawa Tengah berada di angka US$2.807 juta. Dimana pada tahun sebelumnya, angkanya berada di US$2.578 juta.
Namun demikian, Frans menyebut peningkatan kinerja ekspor mesti diimbangi dengan kehati-hatian. Pasalnya, saat ini pengusaha masih menghadapi risiko pelemahan nilai tukar rupiah.Untuk sektor industri pertambangan dan pertanian, pelemahan nilai tukar mungkin menjadi angin segar lantaran meningkatkan nilai jual produk.
Adapun untuk sektor industri garmen dan tekstil yang jadi unggulan Jawa Tengah, hal tersebut justru menjadi ancaman."Bahan baku kita untuk farmasi, garmen, 80% itu berasal dari impor. Pasti harganya menjadi lebih tinggi, akibatnya biaya produksi dan harga jual kita akan naik. Itu akan memengaruhi daya saing kita," kata Frans.
Ancaman lain yang mesti menjadi perhatian adalah potensi kenaikan harga minyak mentah dunia. Selain meningkatkan ongkos produksi, kenaikan itu juga bakal berdampak kepada daya beli masyarakat yang tentunya akan merugikan pasar domestik.
Baca Juga
"Proyeksi kami memang tidak separah saat pandemi kemarin, saya pikir begitu. Tetapi Apindo Provinsi Jawa Tengah tetap waspada, kerja kami lebih efisien dalam arti pemakaian bahan baku kami hemat, pemakaian energi listrik, hal-hal yang tidak perlu kami kurangi. Demi efisiensi," jelas Frans.