Bisnis.com, BANYUMAS - Masyarakat adat Bonokeling, Desa Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terus berupaya menjaga ketahanan pangan melalui lumbung padi yang diselenggarakan di setiap lingkungan rukun tetangga.
"Di desa kami memang ada beberapa titik yang dijadikan sebagai lumbung pangan," kata Kepala Desa Pekuncen Karso di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Selasa.
Menurut dia, lumbung pangan yang digerakkan oleh masyarakat adat Bonokeling sejak ratusan tahun silam itu difungsikan sebagai sarana simpan pinjam bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan warga.
Dalam hal ini, kata dia, masyarakat menyimpan gabah hasil panen mereka ke lumbung pangan untuk digunakan saat masa paceklik dan harus dikembalikan ketika masa panen.
"Volume gabah yang disimpan oleh setiap warga tergantung pada kebutuhan masing-masing. Ada yang 1 kuintal, ada yang mungkin 2 kuintal," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan kegiatan lumbung pangan yang dilaksanakan warga Desa Pekuncen khususnya masyarakat adat Bonokeling setidaknya berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan pada masa paceklik seperti saat sekarang.
Baca Juga
Dalam hal ini, kata dia, gabah tersebut dipinjamkan atau dibagikan kepada para anggota lumbung pangan karena mereka tidak bisa menanam padi pada musim kemarau.
"Beruntung saat ini ada bantuan pangan berupa beras dari pemerintah. Ada sebanyak 857 keluarga di Desa Pekuncen yang menerima bantuan beras, masing-masing sebesar 10 kilogram setiap kali penyaluran," katanya.
Terkait dengan jumlah penduduk Desa Pekuncen, dia mengatakan saat ini mencapai kisaran 6.000 jiwa yang terdiri atas 1.600 keluarga dan sekitar 60 persen di antaranya merupakan masyarakat adat Bonokeling.
"Namun tidak semua warga Desa Pekuncen terlibat dalam lumbung pangan karena itu dilaksanakan di lingkungan RT khususnya yang dihuni masyarakat adat Bonokeling," katanya.
Kendati demikian, Karso mengatakan Pemerintah Desa Pekuncen tidak membedakan antara warga biasa dan masyarakat adat Bonokeling, sehingga semua pihak diharapkan terlibat dalam kegiatan lumbung pangan dalam upaya menjaga ketahanan pangan di wilayah itu.
Dalam kesempatan terpisah, juru bicara masyarakat adat Bonokeling, Sumitro mengatakan pihaknya terus berupaya melestarikan keberadaan lumbung pangan di Desa Pekuncen yang jumlahnya mulai berkurang.
"Kemarin memang masih lestari dan lancar, tetapi sekarang sudah ada sebagian yang dialihkan untuk pembangunan di lingkungan RT karena sebelumnya tempat penyimpanannya di balai RT, tapi sebagian masih bertahan," katanya.
Selain digunakan untuk pembangunan gedung RT, kata dia, penurunan jumlah lumbung pangan tersebut terjadi karena kebutuhan pangan saat ini dinilai masih mencukupi.
Di samping itu, kata dia, saat sekarang banyak bantuan yang dikucurkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan.
"Dulu lumbung pangan memang untuk persediaan pangan saat kemarau panjang. Sekarang masih ada yang bertahan dengan menyimpan padi di balai RT," katanya.
Ia mengatakan selain untuk mendukung ketahanan pangan saat masa paceklik, gabah yang disimpan di lumbung pangan juga digunakan sebagai talangan ketika ada warga yang hajatan dan sebagainya, sehingga harus dikembalikan saat masa panen.
Menurut dia, volume gabah yang tersimpan di lumbung pangan bisa mencapai 1 ton per lingkungan RT.
"Kadang-kadang warga dalam satu RT ada yang pinjam, jadi tetap harus ada persiapan," kata Sumitro.
Tumpukan karung berisi gabah di lumbung pangan masyarakat adat Bonokeling, Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah./Antara-Pemdes Pekuncen