Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alih Fungsi Lahan di Jawa Tengah jadi Hambatan Pengendalian Inflasi Pangan

Upaya peningkatan produktivitas pertanian di Jawa Tengah sebagai langkah untuk mengendalikan inflasi pangan menghadapi berbagai tantangan serius.
Ilustrasi petani mengolah sawah. Bisnis/Paulus Tandi Bone
Ilustrasi petani mengolah sawah. Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, SEMARANG -- Upaya peningkatan produktivitas pertanian di Jawa Tengah sebagai langkah untuk mengendalikan inflasi pangan menghadapi berbagai tantangan serius.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, mengungkapkan bahwa alih fungsi lahan menjadi salah satu kendala utama dalam menjaga ketersediaan pangan di wilayah Jawa Tengah.

Sumarno menjelaskan bahwa alih fungsi lahan di Jawa Tengah banyak terjadi akibat pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN). Ia pun mendesak pemerintah kabupaten dan kota untuk memastikan penerapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) demi melindungi lahan pertanian yang tersisa.

Fenomena alih fungsi lahan ini dirasakan secara langsung oleh petani, termasuk oleh Siswadi Endro Subroto, Ketua Aliansi Petani Padi dan Palawija Organik Boyolali (Appoli). Ia mengungkapkan bahwa dalam dua tahun terakhir, wilayah pertanian mereka yang awalnya seluas 135 hektare telah berkurang 1,5 hektare untuk pembangunan kandang ayam dan perumahan.

"Kami kehilangan lahan pertanian karena lokasinya yang berada di perkampungan dan dekat dengan permukiman," kata Endro saat dihubungi Bisnis pada Kamis (15/8/2024). 

Dia menekankan alih fungsi lahan ini sangat disayangkan. "Apalagi kami sudah menjalin kerja sama dengan jaringan waralaba untuk memasarkan beras organik ke berbagai daerah," tambahnya.

Selain alih fungsi lahan, para petani di Boyolali juga mulai khawatir dengan meningkatnya penggunaan sumur dalam di wilayah tersebut. Endro mengungkapkan bahwa pemasangan sumur dengan kedalaman hingga 80 meter di lahan pertanian dapat berdampak pada ketersediaan air di masa depan.

Masalah serupa dihadapi oleh petani di Kabupaten Grobogan. Namun, di wilayah ini, perubahan iklim menjadi tantangan utama. Muchtar Yulbas, anggota Kelompok Tani Kabul Lestari, menyatakan bahwa produktivitas pertanian di Grobogan sangat bergantung pada curah hujan. Wilayah barat Grobogan rawan banjir, sementara wilayah timur mengalami kesulitan air.

"Petani di sini banyak yang beralih ke bawang merah karena sempat harganya tinggi. Namun, setelah harga turun, banyak yang trauma dan mulai beralih ke tanaman hortikultura," ungkap Yulbas.

Tantangan-tantangan ini menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mengendalikan inflasi pangan di Jawa Tengah memerlukan perhatian serius, baik dari pemerintah maupun para pelaku usaha di sektor pertanian.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper