Bisnis.com, SEMARANG - Ridha Wirakusumah, Ketua Dewan Direktur Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA), memaparkan perkembangan kinerja lembaga tersebut di tahun ketiga operasional.
"INA sudah berinvestasi bersama-sama berbagai partner dari 14 negara di seluruh dunia dan menyalurkan investasi lebih dari Rp55 triliun di bidang transportasi dan infrastruktur, di bidang kesehatan, di bidang digital, dan di bidang Green Energy," ungkap Ridha, di sela agendanya di Kawasan Industri Kendal (KIK), Selasa (8/10/2024).
Adapun separuh investasi tersebut disebut berasal dari mitra-mitra INA dari luar negeri, seperti dari Belanda, serta Korea Selatan. Dalam laman resmi INA, Soverign Wealth Fund (SWF) tersebut juga telah memiliki beberapa proyek portofolio seperti Belawan New Container Terminal (BNCT), Tol Trans Jawa seksi Kanci-Pejagan dan Pejagan-Pemalang, Tol Trans Sumatra seksi Medan-Binjai dan Bakauheni-Terbanggi Besar, juga bangunan pergudangan di kawasan Jabodetabek.
"Kami mempunyai misi untuk membawa investasi, khususnya investasi global, untuk meningkatkan nilai tambah dan membantu perkembangan perekonomian Indonesia," ucap Ridha.
Ke depan, Ridha mengungkapkan bahwa INA bakal menambah portofolio investasinya pada sektor kesehatan. Salah satunya dengan menginisiasi pembangunan pabrik plasma darah. "Yang sekarang itu, kalau kita dari Palang Merah Indonesia (PMI) itu yang dipakai hanya darah merahnya saja. Darah putihnya dibuang. Akan kita kembangkan menjadi plasma yang bisa diekspor dan bisa dipakai di sini," lanjutnya.
INA didirikan berdasarkan PP No.74/2020 dan mulai beroperasi sejak 2021 silam. Lembaga itu telah menjadi anggota penuh dari International Forum of Sovereign Wealth Fund (IFSWF). Per Oktober 2024, berdasarkan laman resminya, INA telah memiliki Rp163 Triliun dana kelolaan atau Assets Under Management (AUM).
Baca Juga
Di KIK sendiri, Ridha meneken perjanjian investasi senilai US$200 juta antara INA dengan Changzhou Liyuan New Energy Technology Co., Ltd di kawasan Asia Pasifik.
"Ini merupakan hasil penting yang timbul dari kerja sama yang strategis dan komprehensif antara China dan Indonesia," kata Shi Jun Feng, Chief Executive Officer (CEO) sekaligus Direktur Changzhou Liyuan New Energy Technology Co., Ltd atau LBM.