Bisnis.com, SEMARANG - Badan Karantina (Barantin) Jawa Tengah melakukan pemeriksaan kesehatan dan keamanan kepada 1.138 ekor sapi ras Friesian Holstein asal Australia.
Proses pemeriksaan dilakukan setibanya sapi-sapi tersebut di Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap, pada Kamis (15/5/2025).
Pengiriman sapi impor itu menjadi bagian dari upaya peningkatan produktivitas peternakan sapi perah di Tanah Air.
Seluruh hewan dikirim dalam kondisi bunting 3-4 bulan dan telah menempuh perjalanan selama 9 hari dari dermaga Portland, Australia.
Setibanya di Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap, 1.138 sapi itu langsung dilakukan pengasingan, pengamatan, serta perlakuan di Instalasi Karantina Hewan Cilacap.
Kepala Karantina Jawa Tengah, Sokhib, menjelaskan bahwa seluruh tindakan pengamatan dilakukan guna mendeteksi potensi gejala Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) sesuai dengan protokol karantina yang ditetapkan pemerintah.
Baca Juga
"Tindakan pengamatan dilakukan untuk mengamati timbulnya gejala Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) selama tindakan pengasingan. Waktu masa karantina disesuaikan dengan masa inkubasi dan sifat penyakit hewan," kata Sokhib dalam siaran pers, Senin (19/5/2025).
Proses karantina tersebut mengacu pada regulasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.29/2023 sebagai turunan dari Undang-Undang No.21/2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.
Selain pengamatan rutin, dilakukan pula tindakan preventif untuk mencegah kemungkinan penularan penyakit hewan strategis.
"Menurut pasal 75, tindakan perlakuan dilakukan untuk membebaskan atau menyucihamakan Media Pembawa HPHK atau tindakan lain yang bersifat preventif, kuratif, dan promotif jika diperlukan. Kali ini dijadwalkan pemberian preventif berupa vaksin Lumpy Skin Disease (LSD) serta Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)," kata Sokhib.
Pemeriksaan kesehatan dan pemberian vaksinasi tersebut menjadi salah satu elemen penting dalam menjaga kualitas populasi ternak perah, terutama dalam menghadapi kebutuhan konsumsi susu nasional yang terus meningkat.
Pemeriksaan itu juga menjadi bentuk dukungan pemerintah terhadap usaha peternakan sapi perah modern yang ramah lingkungan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, sepanjang tahun 2024 produksi susu sapi perah di wilayah tersebut mencapai angka 72.907.764 kilogram.
Angka tersebut sedikit mengalami penurunan dibanding tahun 2023 yang sempat menyentuh 73 juta kg.
"Kami berharap pelaku usaha tidak ragu untuk berinvestasi pada sektor usaha peternakan," kata Sokhib.
Dia menambahkan bahwa tersedia sejumlah fasilitas insentif, baik fiskal maupun nonfiskal untuk mendukung perluasan usaha ternak sapi perah.
Fasilitas tersebut antara lain berupa tax allowance, percepatan perizinan, pendampingan teknis, hingga dukungan ketersediaan lahan di beberapa kawasan potensial.
Dukungan ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi pertanian dan ketahanan pangan nasional, yang kini menjadi fokus pemerintah pusat maupun daerah.