Bisnis.com, SEMARANG - Pertumbuhan permintaan properti di Jawa Tengah, khususnya di segmen komersial dan industri, dinilai belum berimbang dengan kehadiran agen properti profesional di daerah.
Hal ini menjadi perhatian serius Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) yang mendorong anggotanya untuk membuka kantor cabang hingga ke wilayah pelosok.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) AREBI Provinsi Jawa Tengah, Winasis MS, menilai bahwa penetrasi agen properti masih minim di sejumlah kota potensial.
"Kami menggerakkan property agent untuk menambah kantor perwakilan di daerah. Karena di sini banyak broker tradisional, kami mau mengajak mereka untuk bekerja dengan lebih tersistem. Jadi lebih profesional sehingga ke depan bisa mencatat transaksi yang lebih banyak lagi," kata Winasis MS usai mengikuti Rapat Koordinasi Daerah DPD AREBI Jawa Tengah di Kota Semarang, Jumat (25/7/2025).
Menurut Winasis, saat ini sudah ada puluhan pemasar properti yang beroperasi di Semarang dan Surakarta. Namun, belum satu pun agen properti nasional yang membuka kantor cabang secara resmi di kota-kota tersebut.
Kondisi serupa juga ditemui di kota berkembang lain seperti Pekalongan dan Magelang, yang menunjukkan potensi pertumbuhan pasar properti berbasis kawasan industri dan komersial.
Baca Juga
"Pekalongan itu kan dekat pantai, di situ jalan tol sudah enak sekali. Otomatis di situ bisa berkembang zona industri, kemungkinan transaksinya ada di situ. Selain itu, ada [permintaan] properti hunian dan bangunan komersial," ucap dia.
Winasis juga menyoroti pertumbuhan permintaan dari segmen industri yang kini mulai menyentuh kebutuhan properti non-konvensional seperti gudang logistik, hunian pekerja, hingga rumah tinggal dengan kriteria khusus.
"Banyak juga investor asing yang masuk, mereka juga butuh hunian yang mungkin berbeda dengan rumah pada umumnya," tutur dia.
Ketua Umum AREBI, Clement Francis, menyampaikan bahwa meskipun terdapat perlambatan pasar dalam beberapa waktu terakhir, industri properti nasional tetap menunjukkan prospek jangka panjang yang positif, termasuk di wilayah Jawa Tengah.
"Memang ada penurunan, tetapi tetap ada pembeli juga. Yang saya lihat saat ini, properti komersial sedang meningkat," ucap Clement.
Menurut Clement, dinamika di sektor konsumsi dan gaya hidup ikut membuka peluang baru bagi sektor properti.
Seperti yang terjadi di kawasan Jabodetabek yang saat ini menunjukkan tren pertumbuhan permintaan lahan untuk keperluan olahraga dan gaya hidup.
Selain itu, ekspansi Agen Pemegang Merek (APM) otomotif dari China juga ikut mendongkrak kebutuhan properti untuk showroom dan dealer.
Dari sudut pandang pasar, Clement menegaskan bahwa profesionalisasi agen dan penetrasi wilayah-wilayah baru menjadi dua strategi utama untuk meningkatkan volume dan nilai transaksi properti di Indonesia.
Potensi Jawa Tengah, dengan posisi geografis strategis dan infrastruktur logistik yang terus berkembang, dinilai mampu menjadi episentrum baru pertumbuhan pasar properti nasional.