Bisnis.com, SEMARANG – Otoritas Jasa Keuangan mencatat penyaluran kredit oleh perbankan di Jawa Tengah dan Yogyakarta hingga triwulan III/2017 mencapai Rp270,31 triliun.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional (OJK KR) 3 Bambang Kiswono mengatakan penyaluran kredit ini tumbuh 9,27% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah ini juga berada di atas rata-rata nasional yang hanya tumbuh 9,20%.
“Sedangkan dana pihak ketiga yang dihimpun mencapai Rp277,73 triliun,” kata Bambang di Semarang, Senin (30/10/2017).
Dia menyatakan jumlah dana yang dihimpun ini berada di atas rata-rata pertumbuhan nasional. Jika secara nasional pertumbuhan dana pihak ketiga hanya 9,61%, di Jawa Tengah dan DIY tumbuh hingga 12,70%. Namun untuk kredit bermasalah (non performing loan/NPL), perbankan Jateng dan DIY juga berada di atas rata-rata nasional.
Jika secara nasional OJK mencatat NPL perbankan hanya 3,1%, untuk di Regional 3 kredit bermasalah mencapai 3,34%. Meski begitu, Bambang memastikan perbankan di Jawa Tengah berada dalam kondisi sehat dikarenakan NPL ini masih jauh dari threshold kredit sebesar 5%.
“Ini [NPL] jadi perhatian saya, paling tidak NPL tidak boleh melebihi nasional,” katanya.
Dengan kondisi ini, OJK Regional 3 mencatat loan to deposit ratio (LDR) di wilayah ini mencapai 97,33%. Jauh berada di atas rata-rata nasional 89,99%.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan kinerja perbankan syariah di Jateng & DIY juga menguat. Ini ditunjukan dengan penetrasi keuangan ini yang mencapai 6,4%. Padahal saat ini secara nasional hanya 5,4%.
OJK, kata dia melanjutkan, mengharapkan kinerja keuangan syariah ini semakin kuat terutama dengan mendorong pemisahan unit syariah Bank Pembangunan Daerah. Dengan pemisahaan ini, maka kontribusi ekonomi syariah dari Jawa Tengah akan meningkat lebih besar mengingat dua BPD di wilayah ini memiliki pertumbuhan aset yang signifikan.
“Harapannya [kinerja perbankan syariah di atas rata-rata nasional ini] dipertahankan dan lebih bagus lagi,” katanya.
KINERJA ASURANSI
Selain kinerja perbankan, OJK juga mencatat kinerja industri keuangan non bank (IKNB) juga tumbuh signifikan di wilayah ini.
Indra Yuheri, Direktur Pengawasan OJK Regional 3 mengatakan untuk asuransi misalnya, jumlah nasabah dan premi di wilayah ini berdasarkan catatan terakhir otoritas naik hingga 20%. Dari jumlah ini penyumbang kenaikan terbesar berasal dari asuransi jiwa.
Sedangkan untuk asuransi umum, pertumbuhan yang tinggi berasal dari produk asuransi pertanian dan asuransi ternak sapi yang merupakan bagian dari program pemerintah. Asuransi yang pertumbuhannya juga terus menunjukan grafik kuat, kata Indra, yakni asuransi mikro terutama untuk asuransi malaria dan perlindungan bagi pelajar.
“Asuransi mikro ini penting untuk memperkuat edukasi dan literasi di tengah masyrakat [akan pentingnya asuransi],” katanya.