Bisnis.com, SEMARANG—Industri grafika di Jawa Tengah menghadapi kesulitan bahan baku menyusul tingginya harga dan terbatasnya pasokan. Kondisi tersebut juga turut menjadi sentimen negatif dan menggerus margin usaha.
Hocky Pauw, Ketua DPD Persatuan Pengusaha Grafika Indonesia (PPGI) Jateng mengatakan industri menghadapi tantangan besar mendapatkan bahan baku seperti kertas, plastik dan kain. Terlebih lagi, pasokan bahan baku semakin terbatas, karena dimonopoli oleh kalangan tertentu.
“Oleh mereka bahan baku lebih banyak dijual ke luar negeri daripada digunakan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri,” kata Hocky, Kamis (22/3/2018).
Pihaknya pun, menurutnya, bisa memaklumi pilihan para produsen bahan baku yang memilih memperbanyak porsi untuk ekspor. Pasalnya, harga jual untuk pasar luar negeri lebih tinggi daripada domestik.
Kendati demikian, harga untuk pasar dalam negeri sendiri, masih dianggap terlalu tinggi oleh para pelaku industri grafika nasional. Dia memberi contoh harga kertas yang melambung ke kisaran Rp15.000 per kilogram.
Menurutnya, pertumbuhan harga bahan baku secara rata-rata dalam dua tahun terakhir telah mencapai 40%. Di sisi lain, masih cukup banyak konsumen terutama dari kalangan pemerintah yang menetapkan harga beli yang terlampau rendah, yakni pada kisaran Rp12.000—Rp13.000.
Kondisi ini membuat PPGI tak terlalu optimistis dalam menetapkan proyeksi pertumbuhan bisnisnya tahun ini.
“Kami melihat pertumbuhan industri grafika Jateng masih di kisaran 3%—5% tahun ini, karena kita lihat kondisinya memang sedang sulit saat ini,” lanjutnya.
Proyeksi yang tak terlalu optimistis tersebut, lanjutnya, ditetapkan oleh PPGI Jateng meskipun pada tahun ini permintaan pasar pada industri grafika diperkirakan akan naik. Adapun, kenaikan permintaan tersebut di antaranya datang dari momentum pemilihan umum kepala daerah serentak dan tahun ajaran baru sekolah.
Hal senada ditegaskan oleh salah satu pelaku industri grafika Jateng yakni Dedy Heru Pramono. Pemilik CV Adinda Perkasa pun mengeluhkan terbatasnya pasokan bahan baku sehingga menekan aktivitas produksi perusahaannya.
“Kami berharap pemerintah bisa bantu, paling tidak membantu membuat pasokan bahan baku grafika untuk dalam negeri tercukupi terlebih dulu, baru untuk ekspor, terutama kertas,” ujar Dedy.
Meskipun demikian, Hocky memandang adanya titik cerah bagi industri grafika Jateng pada tahun ini. Ini salah satunya terlihat dari tumbuhnya jumlah pengusaha yang terjun ke bisnis percetakan tersebut.
Berdasarkan data PPGI Jateng, jumlah pengusaha grafika di provinsi Jawa Tengah telah mencapai lebih dari 2.000 perusahaan.
Selain itu, PPGI juga mencermati banyaknya terobosan baru dari pelaku di sektor tersebut yang tengah gencar memperluas pangsa pasar. Salah satunya dengan cara masuk ke sektor kreatif dengan tujuan memunculkan nilai tambah dari produknya.
“Sejauh ini pebisnis digital printing, sablon dan kemasan menjadi yang paling banyak melebarkan sayapnya ke sektor industri kreatif,” kata Hocky.