Bisnis.com, SEMARANG - Berbagai upaya progresif, inovatif dan kreatif terus dilakukan untuk mendongkrak ekonomi Jawa Tengah agar semakin melaju dan bertumbuh lebih baik. Salah satunya melalui Koridor Perdagangan, Investasi dan Pariwisata (Keris) Jateng.
“Sebagai pusat informasi dan promosi yang terintegrasi untuk investasi, perdagangan dan pariwisata Jawa Tengah, Keris harus memetakan potensi atau proyek investasi di Jateng yang clean and clear, serta siap dipromosikan ke calon investor secara global,” ujar Sekda Jateng Sri Puryono Jumat (3/5/2019).
Dia menjelaskan, Keris merupakan forum koordinasi antara SKPD dan Bank Indonesia dalam rangka penguatan layanan, promosi, dan kebijakan investasi agar lebih profesional dan proaktif guna menarik investor, serta meningkatkan daya saing global dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
“Peningkatan daya saing Jateng melalui Keris Jateng dilakukan melalui tiga pilar, yaitu investasi, perdagangan dan pariwisata. Maka road map peningkatan kinerja tiga sektor tersebut mutlak dibutuhkan,” katanya.
Sri Puryono yang sekaligus sebagai Ketua Keris Jateng ini mengatakan, investasi memiliki peran penting dan strategis untuk roda pembangunan. Terlebih, Jateng tahun 2018 berhasil meraih penghargaan Investment Award. Dengan banyaknya investasi yang masuk, maka akan menggerakkan perekonomian masyarakat. Serta membuka kesempatan kerja, dan berimbas pada penurunan angka pengangguran dan kemiskinan.
Jateng memiliki berbagai potensi investasi unggulan yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota. Baik sektor primer, sekunder maupun tersier yang sangat layak dikembangkan menjadi peluang investasi. Salah satunya bidang industri pariwisata.
Disebutkan, saat ini Jateng memiliki 467 daya tarik wisata (DTW) yang terdiri dari 148 DTW alam, 85 DTW budaya, 117 DTW buatan, 19 DTW minat khusus, serta 98 event. Selain itu, juga ada destinasi yang masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), yaitu Borobudur, Karimunjawa, Dieng dan Sangiran. Destinasi-destinasi tersebut didukung dengan adanya konektivitas Jogja-Solo- Semarang (Joglosemar).
Di sektor perdagangan, juga dilakukan langkah serupa. Khususnya UMKM yang merupakan salah satu sektor strategis untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran. Dari rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jateng, dalam 10 tahun terakhir mencatat dari 4,17 juta perusahaan di Jateng, sebanyak 98,98 persen atau 4,13 juta adalah UMKM.
“Sementara sisanya sebanyak 42.480 atau 1,02% adalah usaha menengah besar (UMB). Oleh karena itu, upaya-upaya memajukan UMKM Jateng harus terus kita lakukan bersama,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala perwakilan BI Jateng Soekowardojo menambahkan, berbagai upaya untuk meningkatkan ekonomi daerah juga dilakukan oleh provinsi lain di penjuru Nusantara. Hampir semua daerah intens menjual daerah dengan menggandeng berbagai pihak, karena investasi dan stabilitas ekonomi merupakan kebutuhan bersama.
“Keris Jateng yang telah digagas Pemprov Jateng dan BI Jateng untuk mengintegrasikan sumber daya dan kekuatan. Keris Jateng harus menjadi wadah bersama sehingga kita bisa bersama-sama agar satu dayung tiga pulau terlampaui,” ujarnya.
Program peningkatan daya saing perdagangan, pariwisata, dan penanaman modal, antara lain kegiatan peningkatan kualitas produk unggulan daerah, pengembangan dan peningkatan jumlah UMKM, pengembangan desa wisata, peningkatan kualitas produk unggulan daerah, serta bisnis forum dalam dan luar negeri.