Bisnis.com, SEMARANG—Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Tengah mengungkapkan telah melakukan koordinasi terkait dengan kondisi puncak kekeringan yang diprediksi akan terjadi pada awal September tahun ini.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Sudaryanto, mengungkapkan rapat koordinasi tersebut juga membahas tentang antisipasi ketersediaan air bersih yang akan disalurkan ke wilayah yang akan dilanda kekeringan.
Menurutnya, harus ada kerja sama yang intensif dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) terkait dengan penyaluran air bersih pada masa puncak kekeringan yang akan terjadi.
“Sudah ada rakor [Rapat koordinasi] semester satu dengan menghadirkan BMKG dan para Kalak [Kepala pelaksana] BPBD Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah supaya mengetahui informasi tentang berbagai hal. [juga] Tentang kekeringan yang puncaknya di awal September,” kata Sudaryanto kepada Bisnis, Selasa (18/6/2019).
Dia mengungkapkan, terdapat 1.259 desa dan 360 kecamatan di 31 kabupaten/kota se-Jawa Tengah yang diprediksi akan terdampak bencana kekeringan pada tahun ini. Adapun jumlah jiwa yang diprediksi akan terdampak mencapai lebih dari 2 juta jiwa dengan 545.851 kepala keluarga.
Ketersediaan air bersih pada masa puncak kekeringan harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, termasuk untuk kegiatan produksi pertanian di desa-desa yang ada di Jawa Tengah. Para petani, dia menilai, dapat menanam tanaman yang tidak terlalu memerlukan banyak air.
Baca Juga
Daerah-daerah yang diprediksi terdampak kekeringan pada tahun ini antara lain Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purwerejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Blora, Grobogan, dan sebagainya.