Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Pertumbuhan Jateng Terhambat Neraca Dagang

Rencana pemerintah memacu pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah hingga 7% tersendat oleh problem defisit neraca perdagangan.
Pelabuhan/Dwi Prasetya
Pelabuhan/Dwi Prasetya

Bisnis.com, SEMARANG—Rencana pemerintah memacu pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah hingga 7% tersendat oleh problem defisit neraca perdagangan.

Dalam penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), nilai impor adalah komponen negatif atau pengurang. Secara sederhana bila tidak menghitung komponen lain, semakin tinggi jumlah impor, maka akan semakin rendah PDRB.

Problem tingginya impor di skala nasional, juga terjadi di Jawa Tengah. Bahkan, neraca perdagangan Jateng terakhir kali mengalami surplus pada Januari 2017.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah Sentot Bangun Widoyono menyampaikan, bila Jateng ingin mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 7%, salah satu permasalahan yang harus diselesaikan ialah pengendalian impor, sekaligus memacu ekspor.

“Impor adalah komponen negatif dalam PDRB, sehingga bila ingin mencapai pertumbuhan 7%, impor harus dikendalikan,” ujarnya, Kamis (1/8/2019).

Pada Juni 2019, defisit negara dagang di Jawa Tengah mencapai US$313,63 juta atau sekitar Rp4,39 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS), dimana sektor migas berkontribusi US$311,53 juta atau Rp4,36 triliun.

Di sektor non migas, defisit perdagangan sejumlah US$2,1 juta atau Rp29,4 miliar.

Kendati masih mengalami defisit neraca dagang, Jateng sudah berupaya mengendalikan impor. Pada Januari—Juni 2019, nilai impor menurun 9,46% year on year (yoy) menjadi US$6.226,91 juta.

Impor pada semester I/2019 juga mayoritas dimanfaatkan untuk kebutuhan produktif, yakni sebagai bahan baku atau bahan penolong sebesar 73%, dan barang modal 20,85%, sedangkan barang konsumsi 6,14%.  

Sebelumnya pada semester I/2018, impor untuk barang konsumsi mencapai 7,45%, sedangkan barang modal 10,38%, dan bahan baku atau penolong 82,17%.

Sentot menyampaikan, salah satu upaya pengendalian impor ialah membuat industri hulu, seperti benang. Dengan demikian, produsen tekstil dan produk tekstil (TPT) dapat mensubtitusi impor dengan produk dari dalam negeri.

Faktor Pendorong

Di samping mengurangi ketergantungan impor, ada sejumlah elemen yang dapat didorong untuk mendongkrak PDRB, seperti meningkatkan investasi dan memacu ekspor.

Sentot menuturkan, PDRB biasanya didominasi oleh tiga faktor, yakni pengeluaran rumah tangga, realisasi investasi, dan nilai ekspor. Komponen ekspor ke luar negeri kontribusinya berkisar 30% terhadap total PDRB.

Sektor TPT menjadi andalan Jateng, karena berkontribusi 43,37% atau US$1.765,73 juta dari total ekspor non migas pada semester I/2019 senilai US$4.071,14 juta. Selanjutnya, produk kayu dan barang dari kayu berkontribusi 10,87% atau US$442,69 juta.

Menurutnya, sektor TPT dan perkayuan dapat dimaksimalkan untuk mendorong ekspor. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi juga perlu berorientasi ke penjualan jasa, bukan hanya barang.

“Kalau pertumbuhan ekonomi kita mesti perlu orientasi lain, tidak hanya berbicara barang, tetapi jasa. Misalnya bagaimana pariwisata didorong, meningkatkan bisnis hotel, membuat event besar,” ujarnya.

Di samping pariwisata, Jateng berpotensi memacu sektor jasa pelabuhan dan perkapalan. Dengan menggunakan kapal domestik, komponen Cost, Insurance, and Freight (CIF) berbalik menjadi pemasukan dari sebelumnya pengeluaran.

Sektor jasa memang kontribusinya belum mencapai 50% terhadap PDRB Jateng. Namun, sektor ini harus menjadi salah satu fokus untuk melecut pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper