Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi Jateng : Awas Target 7% Bisa Jadi Bumerang

Target pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sebesar 7% pada 2023 dinilai dapat menjadi bumerang. Pasalnya, menanjaknya perekonomian berpotensi menambah kesenjangan sosial.
Foto udara menara Mercusuar Willem III di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah/ANTARA-Aji Styawan
Foto udara menara Mercusuar Willem III di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah/ANTARA-Aji Styawan

Bisnis.com, SEMARANG—Target pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sebesar 7% pada 2023 dinilai dapat menjadi bumerang. Pasalnya, menanjaknya perekonomian berpotensi menambah kesenjangan sosial.

Pada 2023, pertumbuhan ekonomi Jateng ditargetkan mencapai 7%, melesat dari 2018 sebesar 5,32%. Untuk mencapai target PDRB itu, Jateng diperkirakan membutuhkan investasi sebesar Rp774 triliun dalam 5 tahun mendatang.

Ekonom Universitas Katolik Soegijapranata Andreas Lako menyampaikan, target pertumbuhan ekonomi sebesar 7% kurang realistis, dan bahkan dapat menjadi bumerang yang melukai diri sendiri.

Dalam 20 tahun terakhir, PDRB Jateng tertinggi ialah 6,24% pada 2012. Pada periode 2010—2013, PDRB memang cenderung menanjak di atas 6%. Namun, rasio gini melonjak hingga 0,39 pada 2013, yang menandakan tingginya kesenjangan ekonomi.

Saat itu, tingginya pertumbuhan ekonomi Jateng dinikmati kelompok kaya sebesar 20%. Artinya, kelompok mayoritas kalangan menengah dan bawah justru tidak terimbas efek melesatnya perekonomian.

“Target 7% kurang realistis. Selain itu dapat menjadi bumerang karena berpotensi meningkatkan tingginya kesenjangan sosial, dan juga kerusakan lingkungan,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (1/8/2019).

Selain itu, target investasi Rp774 triliun terbilang sangat tinggi. Ada tiga faktor yang dapat mendorong dana masuk, yakni peningkatan konsumsi rumah tangga, realisasi investasi, dan pertumbuhan ekspor.

Bila tiga faktor ini dapat dijamin oleh pemerintah, bukan tidak mungkin investasi semakin mengalir deras dan membuat ekonomi Jateng melaju, meskipun belum mencapai 7%.

Andreas menyarankan, agar pemerintah pusat dan daerah bersinergi untuk membahas target PDRB dan investasi tersebut agar berjalan tepat. Bila ingin memacu investasi, dana memang akan masuk dan menambah uang beredar di masyarakat.

Namun, jika permintaan baik ekspor dan domestik cenderung stagnan seperti saat ini, investasi tersebut menjadi mubazir. Akibatnya harga produk bisa turun dan keuntungan investor terpangkas.

“Ini perlu bersinergi, dipikirkan dan dikasi secara matang, agar sisi penawaran dan permintaan berimbang. Investasi harus tepat sasaran dan relevan,” imbuhnya.

Di sisi lain, untuk memacu PDRB, pemerintah dapat berfokus meningkatkan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi, sepeeti industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, dan pertanian. Keempat sektor ini masih menjadi kontributor utama PDRB Jateng pada kuartal I/2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper