Bisnis.com, SRAGEN — Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengajak seluruh stakeholders pariwisata untuk bersama –sama melakukan akselerasi pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di wilayah Jawa Tengah, di antara Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Borobudur dan Sangiran.
Ganjar meminta supaya membuat riset pasar untuk pengembangan dua objek tersebut.
Penjelasan Ganjar itu disampaikan dalam Rapat Koordinasi Pengembangan KSPN Borobudur-Sangiran di Aula Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, Kalijambe, Sragen, Senin (19/9) sore.
Percepatan yang diinginkan Ganjar itu sebagai tindak lanjut instruksi Presiden Joko Widodo terkait dengan akselerasi pengembangan DPN prioritas yang terdiri atas tujuh prioritas program.
“Mari kita buka pintu dan jendela agar orang di luar bisa memotret kekurangan Borobudur dan Sangiran. Saya ingat ketika Pak JK [Jusuf Kalla] sudah enggan datang ke Borobudur karena tidak ada yang menarik. Pernahkah kita melakukan riset pasar objek wisata Borobudur dan Sangiran? Apa yang kurang dari Borobudur? Paradigmanya yang harus di-ruwat agar Borobudur lebih memberi daya tarik pengunjung,” ujar Ganjar.
Ganjar pernah menginap di sekitar Borobudur dan keluar melihat situasi sekitar Borobudur pada malam hari. Ia merindukan adanya atraksi musik malam-malam yang bisa dinikmati sambil minum kopi namun hal itu tidak ditemukannya. Ia ingin situasi malam di Borobudur bisa seperti di Bali yang bisa mencari hiburan sampai dinihari.
“Inilah pentingnya riset pasar. Borobudur itu mau menjual keramaian atau kesunyian seperti di Ubud Bali,” katanya.
Ganjar membayangkan bila di Borobudur itu ada semacam sendratari yang dilakukan rutin dan dirindukan orang untuk melihat. Ia juga berpikir tentang adanya ritual religi secara massal yang berjalan dari Borobudur sampai Mendut.
“Mari kita mendistrubsi diri agar bisa berpikir liar untuk menciptakan ide-ide kreatif. Apa perlu ada jembatan kaca yang menghubungkan dua bukit di Borobudur itu,” ujarnya.
Setelah Borobudur, Ganjar menyebut Sangiran. Saat ingat Sangiran, Ganjar pun teringat dengan film kartun Flintstone dan film Jurassic Park. Ganjar ingin ada kampung Flintstone di sekitar Sangiran dan sebuah taman besar semacam Jurassic Park. Di dua ide itu, Ganjar mengatakan Sangiran bisa menjual kepurbakalaan.
“Para pelajar bisa bermain mencari harta karun yang berupa sesuatu dan bila ketemu kemudian menjadi miliknya. Ada juga semacam wahana yang menjual pengalaman seperti workshop membatik. Atau para arkeolog yang mengajak anak-anak menggali sesuatu seperti melakukan ekskavasi fosil,” kata Ganjar.
Ide-ide liar Ganjar itu disampaikan supaya menjadi inspirasi para peserta rakor yang berasal dari perwakilan pejabat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng, Pemkab Magelang, Pemkab Sragen, dan Pemkab Karanganyar.
“Soal dana belakangan yang penting ada ide dulu. Kalau misalnya ada ide dan butuh dana Rp50 triliun misalnya maka baru berpikir skema pendanaan yang bisa dilakukan untuk jangka waktu berapa tahun. Dana itu bisa sharing antara pusat dan daerah. Rakor ini dalam rangka sharing itu,” ujarnya saat ditemui JIBI seusai rakor.
Rakor tersebut difasilitasi Kementerian Koordinator Kemaritiman. Dalam kesempatan itu juga dihadiri Deputi Bidang Kemaritiman Sekretariat Kabinet, Agustina Murbaningsih, dan sejumlah pejabat dari Kemenko Bidang Kemaritiman. Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwsiataan Badan Otoritas Borobudur (BOB) Bismas Jatmika.
Dalam kesempatan itu, Bisma menyampaikan rencananya untuk membuat paket wisata Sangiran, Gunung Sewu Geoprak, dan Borobudur yang dikemas dalam Wiasata Unesco Triangle dengan konsep nomadic tourism, yakni gaya pariwisata baru dimana wisatawan dapat menetap dalam kurun waktu tertentu di suatu destinasi wisata dengan amenitas berpindah-pindah.
Bisma menyampaikan potensi yang dimiliki berupa kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Dia menyebut kunjungan wisman di Sangiran Sragen mencapai 1.502 orang per tahun di Gunung Sewu Geopark sebanyak 643.928 orang per tahun dan di Borobudur sebanyak 321.060 orang per tahun.
“Para wismasn itu berasal dari kawasan Asia Pasifik, Asia Tenggara, Eropa, Timur Tengah, Afrika Selatan, dan Amerika. Tentunya hal itu didukung dengan infrastruktur. fasilitas umum. Di Sangiran dibutuhkan penataan fasilitas umum dan perbaikan jalur-jalur jalan antarsitus di Sangiran. Kemudian penataan parkir dan toilet. Kemudian dibutuhkan jalur penghubung Sangiran-Gunung Sewu-Borobudur,” imbuhnya.