Bisnis.com, SEMARANG - Berbagai program dan strategi dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah guna mendukung dan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen pada tahun 2023.
Adapun, tiga program prioritas yang digadang-gadang Jateng menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi, yakni pengembangan Kawasan Industri Kendal (KIK), Kawasan Industri Brebes, dan pengelolaan sektor pariwisata.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono menjelaskan, pertumbuhan ekonomi 7% merupakan perintah atau target dari pemerintah pusat kepada dua provinsi di Pulau Jawa, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur. Guna mendongkrak dan mengejar target pertumbuhan ekonomi tersebut, beragam program dan strategi digencarkan.
"Ada tiga program prioritas sebagai daya ungkit pertumbuhan ekonomi yang diusulkan Pemprov Jateng kepada pemerintah pusat. Yaitu pengembangan Kawasan Industri Kendal, Kawasan Industri Brebes, serta pengelolaan pariwisata khususnya Borobudur dan sekitarnya," kata Sri Puryono dalam Seminar Meretas Jalan Pertumbuhan Ekonomi Jateng 7% di Semarang Kamis (5/9/2019).
Kawasan Industri Kendal sekarang sedang menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sehingga akan menyerap tenaga kerja sebanyak 20.000 sampai 60.000 orang. Bahkan, KIK sudah komitmen dengan dua kepala negara, yakni Presiden RI dengan Presiden Singapura. Selain itu, untuk mempermudah akses transpotrasi, juga akan dibangun pelabuhan di KIK.
Untuk kawasan industri baru di Kabupaten Brebes, lanjut dia, sudah disediakan lahan seluas sekitar 3.700 hektare. Selain itu, sejumlah program akan dikembangkan untuk mendukung pembangunan kawasan industri yang berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat itu.
Pembangunan Kawasan Industri Brebes segera diwujudkan, apalagi kemiskinan di kabupaten ujung barat Jateng itu masih tinggi atau peringkat tiga setelah Wonosobo.
Potensi tidak kalah penting adalah pengembangan kawasan wisata Borobudur. Guna mendukung akses menuju Candi Peninggalan Dinasti Sailendra, akan dibangun Tol Solo-Yogyakarta, peningkatan jalan di jalur Purworejo-Yogyakarta, serta fasilitas pendukung lainnya.
"Tadi para narasumber dan pihak-pihak terkait lainnya satu kata sepakat pertumbuhan ekonomi Jateng 7%. Kata kuncinya, kita memberikan kemudahan dalam perizinan, diberikan insentif kepada para investor, ada peningkatan SDM, dan jangan lupakan kearifan lokal, dan lokal potensi daerah," jelasnya.
Jateng saat ini menjadi daerah paling cantik untuk investasi, menurut sekda karena keamanan wilayah Jateng relatif kondusif, ada insentif kepada para investor, upah buruh terjangkau, serta kondisi geogragis mendukung untuk investasi.
"Tidak kalah penting adalah pengembangan perusahaan manufaktur tekstil dan turunannya, alas kaki, dan furniture. Tiga ini yang menjadi andalan kita. Maka untuk mendukung itu kita paparkan semua di hapapan investor, sehingga muncul kesimpulan bahwa Jateng 'syantik' untuk berinvestasi," tuturnya.
Senada disampaikan Sekda Sri Puryono, Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Iss Savitri Hafid mengatakan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7% itu tidak mudah karena tantangannya pun beragam, baik dari dalam maupun dari luar. Kendati, demikian Jawa Tengah memiliki banyak potensi yang dapat digali guna mencapai target tersebut.
Menurutnya, ada beberapa faktor dari dalam yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Antara lain lokasi Jateng yang strategis karena berada di tengah Pulau Jawa, adanya perbaikan maupun pembangunan infrastruktur sehingga mempermudah lalu lintas pengiriman barang ke berbagai daerah, keberadaan kawasan industri di beberapa daerah, serta industri manufaktur prioritas seperti tekstil, furniture, makanan, dan minuman.
"Pengembangan kawasan industri memang bisa menjadi modal ke depan. Tetapi masih ada beberapa kendala, misalnya pembangunan pelabuhan di Kendal dan akses jalan," katanya.