Bisnis.com, BOYOLALI – Pekerjaan pemandu lagu alias PL di karaoke tak hanya didominasi wanita berusia di atas 18 tahun. Para remaja atau anak baru gede (ABG) mudah dijumpai nyemplung di dunia malam ini. Termasuk di Boyolali.
Pemandu lagu (PL) biasa disebut juga purel, biasa disebut juga lady/ladies escort atau ladies companion biasa disingkat LC bekerja menemani tamu-tamu karaoke.
Tugas LC/PL ini menemani dan melayani para tamu berkaraoke, menyuguhkan minum, teman ngobrol. Mereka identik dengan dunia malam. Di Boyolali keberadaan mereka tersebar di rumah-rumah karaoke. Mirisnya, remaja putri atau ABG wanita kini pun kian mudah dijumpai menjadi LC atau pemandu lagu.
Akhir Agustus 2019 lalu, Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) mendatangi rumah karaoke di Boyolali. Pendar cahaya yang samar-samar terlihat dari luar ruang-ruang karaoke menandakan sebagian ruang yang lain sedang digunakan. Beberapa perempuan muncul dari balik pintu itu. Mereka berpindah ke pintu lain tempat pengunjung yang baru saja datang.
Salah seorang LC yang ditemui, berinisial S berusia 17 tahun. Selama ngobrol dengan JIBI, S merokok. Rambutnya yang panjang lurus sebahu diurai hingga menutupi leher. Untuk mempertegas bentuk wajah, poni yang mengarah ke bagian muka dijepit ke belakang.
Berbedak tebal, perona pipi, lipstik dan pelentik bulu mata menambah pesona S. Baju berkerah model sabrina dengan lengan di atas siku memperlihatkan lekuk tubuhnya, bagian bahu dan tangan.
Baca Juga
Celana Gemes
Paduannya celana hot pants alias celana gemes yang tak sampai menutup paha. Kakinya yang jenjang itu makin menarik perhatian tatkala S yang kurus mengenakan sepatu hak setinggi 7 cm. Begitulah penampilannya sehari-hari saban bekerja di tempat hiburan malam.
S memulai ceritanya. Dia bekerja hampir setiap hari rumah karaoke itu. Jika kebagian jam/shift siang biasanya pekerjaan selesai malam harinya. Namun jika kebagian jam sore pekerjaan selesai dini hari.
Hampir setahun perempuan itu menggeluti dunia hiburan malam. Awalnya berpindah-pindah dari tempat hiburan di Solo hingga kini di Boyolali sejak beberapa bulan lalu.
“Aku sendiri yang ingin kerja, enggak ada paksaan dari orang tua,” ujar gadis yang putus sekolah di kelas XI SMA itu.
Dunia malam memang digelutinya sejak putus sekolah atas kemauan sendiri. Bahkan S mengaku memutuskan sendiri untuk keluar dari sekolah karena mengaku tidak betah. “Iya dulu di sekolah memang terkenal nakal,” imbuh dia.
Menurutnya, orang tua tak keberatan dia jadi LC. Apalagi sejak sang ayah meninggal November lalu, pekerjaan S justru bisa membantu perekonomian keluarga. Ibunya merupakan seorang pedagang. “Dari pihak manajemen karaoke juga tidak masalah.
Dia mengaku digaji Rp65.000 per jam. Uang itu tidak termasuk saweran tambahan dari para pengunjung karaoke. Jika ditotal, dalam sepekan S bisa mendapatkan lebih dari Rp1 juta. Keuntungannya masih sangat banyak jika dibandingkan dengan biaya membeli pakaian mini atau peralatan dandan.
Di tempat yang sama ada pula A, 17, bocah yang sudah putus sekolah sejak kelas X itu merantau dari tanah kelahirannya di Ngawi, Jawa Timur, untuk bekerja.
Dia mengaku mendapatkan info lowongan dari teman-temannya sesama pekerja hiburan malam. “Iya kerja atas kemauan sendiri,” kata dia.