Bisnis.com, SEMARANG — Pengawasan barang masuk ke asal China ke Tanjung Emas, Semarang diperketat menyusul mewabahnya virus corona atau novel coronavirus (nCoV).
Namun demikian, penerapan kebijakan ini perlu hati-hati karena pembatasan importasi berpotensi mengganggu rantai pasok bagi kebutuhan industri maupun konsumsi.
Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Emas Anton Martin mengatakan pengetatan standar pemeriksaan ini difokuskan bagi komoditas makanan dan minuman.
"Untuk sementara mamin dahulu. Kami akan berkoordinasi dengan stakeholder terkait misalnya balai karantina atau pengawas obat dan makanan terkait hal itu," kata Anton saat ditemui di kantornya, Kamis (6/2/2020).
Anton menambahkan, pengetatan pengawasan dilakukan di sejumlah pintu masuk. Di pelabuhan misalnya, barang-barang yang masuk dari China akan mendapatkan perhatian khusus. Tim bea cukai akan memeriksa dan memastikan bahwa barang-barang impor dari China terbebas dari virus.
Sedangkan di Bandara, fokus yang akan diawasi adalah penumpang atau orang yang datang dari China. Jika ada barang atau orang yang terdeteksi terdampak virus, pihaknya akan berkoodinasi dengan pihak terkait untuk melakukan karantina supaya virus tak menyebar luas.
Baca Juga
"Untuk rilis ke luar daerah pebean, nanti menunggu dari karantina," jelasnya.
Kendati demikian, otoritas dalam aktivitas pengawasan tersebut juga akan dilakukan secara selektif, pihaknya tak ingin jika kebijakan yang diterapkan justru menganggu aktivitas perekonomian. Apalagi, total importasi dari China ke Jawa Tengah cukup besar, yakni memakan porsi 65% dari total keseluruhan nilai impor.
“Nah 65% ini, sejauh ini di bulan Januari belum ada pengaruh soal mewabahnya virus Corona. Di China masih libur, tetapi kita tidak tahu menjelang akhir-akhir Februari nanti, saat aktivitas kembali normal,” jelasnya.
Data KPP BC Tipe Madya Tanjung emas mencatat, total pemberitahuan impor barang atau PIB dari China yang masuk ke Jateng mencapai per 41.606 atau 65% dari keseluruhan PIB tahun 2019 sebanyak 64.249.
Sementara nilai pabean dari importasi China ini mencapai Rp48,3 triliun atau 51% dari total nilai pabean senilai Rp94,06 triliun.
Di satu sisi, KPP BC Tipe Madya Tanjung Emas juga mencatatkan Jateng juga mengimpor barang-barang dari lokasi tempat virus corona berasal di Wuhan. Impor Jateng dari Wuhan pada Januari 2020 mencakup alat kesehatan, bahan kimia, kabel, kendaraan lainnya, perkakas tangan elektronik, hingga sanitary ware.
Total nilai pabean dari aktivitas impor Jateng ke Wuhan, China pada tahun 2019 dan Januari 2020 mencapai Rp32,1 miliar. “Kami juga mengantisipasi impor yang melewati barang kiriman,” tegasnya.
Sementara itu Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi berharap kepada pemerintah untuk selektif dalam menerapkan pengetatan impor dari China. Industri di Jawa Tengah saat ini sangat tergantung pada pasokan bahan baku dari China.
“Misalnya tekstil, impor dari China masih cukup tinggi. Kalau ini diterapkan tanpa melihat impllikasinya ke pelaku industri, tentunya sangat mengganggu,” ujarnya.
Frans cukup paham, langkah pemerintah ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona. Namun yang patut diketahui, tak semua daerah di China terdampak virus tersebut. Jangan sampai kebijakan ini justru bakal membuat dilema bagi pelaku industri. “Tentu kita rugi ya, karena efeknya bisa ke UMKM maupun ke pendapatan devisa,” tukasnya.