Bisnis.com, SLEMAN - Kepolisian sudah memeriksa enam orang terkait insiden susur sungai yang dilakukan siswa SMPN 1 Turi, Sleman. Hingga kini belum ada satu orang pun yang ditetapkan sebagai tersangka.
Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yulianto mengatakan enam orang sudah dimintai keterangan terkait peristiwa itu. Kepolisian masih akan mendalami kasus tersebut. Keenam terperiksa merupakan orang-orang yang terkait langsung dengan peristiwa tersebut. Seperti guru sekaligus pembina pramuka di sekolah tersebut.
"Tentu akan kami lakukan pemeriksaan siapa yang harus bertanggungjawab akan peristiwa ini. Pemeriksaan aturan-aturan dalam kegiatan Pramuka yang berisiko juga sedang kami dalami sehingga nantinya penyidik bisa menentukan para pihak yang akan bertanggungjawab," katanya, Sabtu (22/2/2020).
Hanya saja untuk siswa, katanya, belum dimintai keterangan. Kepolisian akan melihat dulu kondisi siswa yang saat ini masih mengalami trauma. "Semua pembina bisa saja menjadi tersangka. Tergantung hasil pemeriksaan nanti," katanya.
Kepsek Minta Maaf
Kepala SMPN 1 Turi Tutik Nurdiana meminta maaf atas kejadian yang dialami siswa saat kegiatan Pramuka menyusuri sungai. Menurutnya, peristiwa tersebut dinilai sangat tidak terduga.
Baca Juga
"Kami mohon maaf atas kejadian yang tidak diduga ini. Kami juga memohon dukungannya atas anak-anak yang meninggal dunia," katanya saat jumpa pers di sekolah, Sabtu (22/2/2020).
Dijelaskan Tutik, kegiatan Pramuka yang digelar di sekolah bukan pertama kali ada. Kegiatan tersebut sebagai implementasi dari Kurikulum 2013. Di sekolah kegiatan tersebut digelar setiap Jumat sebagai bagian ekstra kurikuler dan biasanya digelar di dalam lingkungan sekolah.
Kegiatan tersebut didampingi oleh tujuh guru sekaligus pembina Pramuka di sekolah. "Hanya saja pada Jumat kemarin kegiatan dialihkan ke luar sekolah. Memang ada perubahan kegiatan [dari dalam sekolah ke luar]," katanya.
Hanya saja, Tutik mengaku tidak diberitahu oleh para pembina perihal perubahan lokasi kegiatan Pramuka tersebut. Apalagi terkait kegiatan susur sungai. Namun demikian Tutik tidak merasa janggal dengan kegiatan susur sungai yang diikuti oleh ratusan siswa karena didampingi oleh guru-guru pembina.
Apalagi, kata Tutik, karena anak-anak yang bersekolah di sana dinilai sudah familiar dengan sungai hal itupun masih dianggap biasa. "Karena saya juga baru 1,5 bulan sebagai kepala sekolah dan melanjutkan program sebelumnya, saya anggap anak-anak sudah biasa melakukan. Anak-anak ini berasal dari Turi jadi sudah dianggap biasa," katanya.