Bisnis.com, SEMARANG - Badan Pusat Statistik mencatat pada bulan September 2020, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah mencapai 4,12 juta bertambah sebanyak 139,03.000 orang dibandingkan posisi Maret 2020.
Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono persentase penduduk miskin di daerah perkotaan naik menjadi 10,57 persen
pada September 2020 yang sebelumnya sebesar 10,09 persen pada Maret 2020.
"Persentase penduduk miskin di daerah pedesaan juga naik dari 12,80 persen pada Maret 2020 menjadi 13,20 persen pada September 2020," katanya Senin (15/2/2021).
Dia menambahkan, lama periode Maret 2020 – September 2020, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sebanyak 84,84.000 orang dari 1,81 juta orang pada Maret 2020 menjadi 1,89 juta orang pada September 2020.
Demikian juga di daerah pedesaan, mengalami kenaikan sebanyak 54,18.00 orang dari 2,18 juta orang pada Maret 2020 menjadi 2,23 juta orang pada September 2020.
Selanjutnya, peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Baca Juga
Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2020 tercatat sebesar 74,46 persen. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi Maret 2020 yaitu sebesar 74,38 persen.
"Jenis pengeluaran komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun di pedesaan antara lain beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, dan gula pasir," ujarnya.
Sementara itu lanjutnya, untuk komoditi bukan makanan yang besar pengaruhnya mencakup perumahan, bensin, listrik, dan pendidikan. Pada periode Maret 2020 – September 2020, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan. (k28)