Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UMKM Jateng Maksimalkan Pasar Digital, Ini Perlu Diperhatikan

Total UMKM yang ada di Jateng hanya 1,6 juta dari 4,1 juta pelaku UMKM yang dapat memanfaatkan pasar digital dalam waktu dekat itu.
Pedagang menata camilan dagangannya di pasar Kliwon, Kudus, Jawa Tengah, Senin (13/5/2019)./Antara-Yusuf Nugroho
Pedagang menata camilan dagangannya di pasar Kliwon, Kudus, Jawa Tengah, Senin (13/5/2019)./Antara-Yusuf Nugroho

Bisnis.com, SEMARANG - Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jawa Tengah (Jateng) ditargetkan masuk ke pasar digital pada tahun 2023.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jateng, Ema Rachmawati mengatakan, para pelaku UMKM di Jateng telah bersiap diri untuk melebarkan sayapnya ke pasar digital.

"Kami sudah mempersiapkan berbagai macam pelatihan, baik secara mandiri ataupun kolaborasi dengan teman-teman start up e-commerce," kata Ema, Jumat (3/9/2021).

Kendati demikian, menurutnya dari jumlah total UMKM yang ada di Jateng hanya 1,6 juta dari 4,1 juta pelaku UMKM yang dapat memanfaatkan pasar digital dalam waktu dekat itu.

"Di Jawa Tengah [UMKM] ada 4,1 juta, padahal dari jumlah itu 2,5 jutanya petani. Jadi jumlahnya hanya 1,6 juta pelaku UMKM yang produsi, perdagangan, dan sebagainya," imbuhnya.

Merujuk target yang ditentukan oleh Menteri Perdagangan, jumlahnya yaitu 30 juta UMKM untuk dapat masuk ke pasar digital di tahun 2023. Ia menyebut, jumlah itu separuh dari total pelaku UMKM di Indonesia.

"Kalau misalnya separuhnya itu, di Jawa Tengah baru sekitar 5,4 persen dari pelaku UMKM yang menggunakan internet untuk digunakan bisnis. Untuk mencapai 50 persen memang cukup berat karena harus butuh 45,4 persen," jelasnya.

Kendati demikian, Ia tetap optimis meskipun berat upaya membangun target yang sudah ditentukan. Target tersebut, menurutnya, adalah sebuah tantangan yang harus ditaklukkan. Pelatihan demi pelatihan terus dilakukan pihaknya untuk mewujudkan euforia pasar digital dua tahun yang akan datang.

"Yang kita latih bukan pelaku UMKM langsung, tetapi para pendamping. Berdasarkan pengalaman, kalau langsung kepada pelaku UMKM, mereka tidak masuk," tuturnya.

Dari pelatihan tersebut, satu pendamping dituntut untuk mendampingi 100 pelaku UMKM dalam waktu sekian bulan. Sebab, jika pelatihan langsung diberikan kepada pelaku UMKM, membutuhkan waktu cukup lama.

"Hasilnya agak lumayan, temen-temen pelaku UMKM agak masuk dengan sistem ini. Masing-masing start up e-commerce berbeda, makanya pendamping juga dituntut untuk dapat menguasai," ujarnya.

Ia menjelaskan, ada sejumlah syarat masuk ke pasar digital yang harus diperhatikan oleh pelaku UMKM. Di antaranya, produk, kemasan, dan pemasaran.

"Satu di antara syarat untuk dapat menembus pasar digital yaitu kemasan produk. Kami sudah melakukan pelatihan kemasan secara langsung," jelasnya.

Ia berpesan, di zaman serba digital seperti saat ini, pelaku UMKM harus dapat menyesuaikan diri. Sebab, ketergantungan teknologi sudah menjadi hal wajar dalam perkembangan dunia bisnis.

"Saat ini eranya sudah masuk pada era digital, tidak ada alasan lagi untuk menolaknya. Kita dituntut untuk belajar menjalankan usaha digital," katanya. (k28)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Alif Nazzala R.
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler